Waspada Munculnya Fenomena Namamology
Ketiga, menciptakan FOMO alias Fear of missing out, rasa takut dan cemas akan ketinggalan berita atau hal-hal terbaru yang terjadi.
Kempat adalah menarik jumlah anggota trader investor saham pemula melalui endorse di media sosial. Tak jarang, kolaborasi dibutuhkan agar paparan informasi lebih mudah tersampaikan. Karena sekecil apapun volume akan bermanfaat bagi mereka untuk Dump saham tersebut.
Kelima, memiliki wadah grup khusus komunikasi dua arah yang digunakan mengkoordinasikan anggota untuk membeli (perhatikan komposisi pembelajaran dan percakapan wadah grup tersebut). Ada grup berbayar dan Grup Gratis, sudah dapat dipastikan bahwa grup gratis tidak mendapat informasi secepat dan seakurat dari grup berbayar tersebut.
“Kami melihat permasalahan ini sebelum terbentuknya startup emiten di mana tidak semua orang dapat mengakses grup berbayar yang nilainya fantastis, setelah bayar pun mereka masih kemungkinan dijadikan sasaran DUMP apalagi yang tidak bayar,” kata Denny Huang, CEO & Founder emiten, dalam keterangan tertulis, Senin (11/1).
“Waspada bila terdapat grup gratis dan grup berbayar. Dan bila terdapat edukasipun maka para pemula juga beresiko terkotak kotak dengan satu aliran trading investing tertentu,” lanjutnya.
Menurut Danny, banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam beli jual saham, terlepas Day Trading hingga investing. Misalnya, seperti valuasi mulai dari PBV PER PCFR PSR DER EPS NPM, perpajakan, sentimen Iinduk atau afiliasi perusahaan, aksi korporasi right issue, tren Bisnis 1-2 tahun ke depan, GCG grup perusahaan tersebut.
Selain itu, rapat THE FED atau OPEC, laporan dari BPS, pattern indikator daily weekly monthly. Bahkan GAP/Candle serta tidak lupa untuk melihat makro global serta mengingat trailingstop, money management dan stoploss. (jlo/jpnn)