Waspadalah, Potensi Serangan Teroris Lone Wolf Masih Ada
Dia menyampaikan, komunikasi yang dilakukan oleh lone wolf dengan pihak-pihak yang membuat mereka terpapar juga sulit dibendung. Seperti yang disampaikan oleh aparat kepolisian, RA terpapar paham terorisme dari internet.
Ada banyak media yang bisa dipakai oleh RA atau teroris lone wolf lainnya untuk berkomunikasi dengan penyebar paham teroris. Contohnya media sosial dan aplikasi pesan instan.
Dari sana, mereka sangat mungkin kena pengaruh berbahaya. Bahkan, mereka bisa dibaiat walau tidak secara langsung bertatap muka. ”Ini sangat susah dikontrol oleh pemerintah,” bebernya.
Membatasi akses terhadap internet, lanjut Al Chaidar bisa diakali. Bahkan berpotensi kena kritik lantaran dianggap tidak demokratis.
Senada dengan Al Chaidar, Direktur Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menyampaikan bahwa tidak mudah mengatasi persoalan tersebut. ”Ini menjadi salah satu tantangan pencegahan paham kekerasan esktrem di negara demokrasi,” imbuhnya.
Pria yang biasa dipanggil Fahmi itu pun sepakat, perlu ada kajian serius dari pemerintah dan aparat keamanan. Namun, bukan melulu soal lone wolf. Dia menyebut, kajian soal latar belakang dan motif yang membuat masyarakat terpapar kemudian masuk dalam kelompol atau jaringan teroris.
”Kalau pengin serius menghentikan ini semua, harus begitu. Dan mau mendengarkan banyak masukan,” imbuhnya.
Selain itu, khusus anak-anak muda yang belakangan terpapar paham teroris, lingkungan terdekat harus menjadi benteng. Artinya, orangtua dan keluarga wajib ikut serta.