Wawancara sambil Diawasi 10 Orang Bersenjata
Selasa, 22 September 2009 – 06:44 WIB
Mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya tersebut menuturkan, sejauh ini, MNLF memang dianggap sudah "melunak" dan kooperatif. Sementara itu, Abu Sayyaf dikategorikan lebih seperti "bandit". Dengan "hobi" menculik dan merampok warga asing, kelompok yang namanya berarti "Pembawa Pedang" itu dianggap belum menjadi ancaman berarti. "Apalagi, platform perjuangannya lebih mengarah ke perang global, memerangi Amerika," ungkap perwira dengan tiga mawar di pundak tersebut.
Sementara itu, meski tersebar di mana-mana, NPA belum menunjukkan kemampuan militer yang memadai. Persenjataan mereka rata-rata didapatkan dari gun store-gun store yang tersebar di Filipina. Paling banter, persenjataan mereka hanyalah senapan otomatis seperti M-16.
Hal itu berbeda dari MILF. Selain personelnya paling banyak dan mempunyai akademi militer sendiri, persenjataan kelompok tersebut paling lengkap. Mereka mempunyai senjata anti serangan udara, bahkan RPG (senapan anti-tank). "Beberapa kali utusan NPA datang kepada kami untuk beli persenjataan berat. Tapi, tak pernah kami beri," tegas Mario, nama samaran untuk guide saya, dalam perjalanan mengantarkan saya ke Kamp Abu Bakar. Dia memang tak mau saya mengutip nama aslinya dengan alasan keamanan.