Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Wenri Wanhar, Sempat jadi 'Mata-mata', Memburu Denyut Peristiwa Sejarah

Jumat, 04 Desember 2015 – 08:44 WIB
Wenri Wanhar, Sempat jadi 'Mata-mata', Memburu Denyut Peristiwa Sejarah - JPNN.COM
Wenri Wanhar. Foto: dok pribadi for Jawa Pos/JPNN

Caranya bukan hanya mengunjungi setiap tempat terjadinya peristiwa sejarah yang sudah jamak dilakukan sejarawan lain. Tapi sekaligus merasakan sendiri peristiwa yang akan ditulis.

Secara umum, historiografi atau ilmu penulisan sejarah sebenarnya bisa dilakukan lewat riset pustaka dan oral alias wawancara saksi mata atau sumber yang terkait dengan sebuah peristiwa sejarah.   

Dalam terminologi jurnalistik, yang dilakukan Wenri itu mungkin bisa disebut sebagai ”jurnalisme partisipatif”. Seperti jurnalisme partisipatif yang bisa melahirkan tulisan-tulisan yang hidup, ”penelusuran partisipatif” ala Wenri juga bisa menghasilkan temuan-temuan segar dan mengejutkan.

Bagi pengasuh rubrik Historiana di situs JPNN.com itu, di hadapan penulisan sejarah negeri ini yang masih dipenuhi banyak ruang gelap, kegigihan dalam pengungkapan fakta seperti itu sangat penting. Itu dilakukan agar semua sisi yang selama ini tenggelam dan tidak diingat bisa muncul lagi ke permukaan. 

Misalnya saat dia menulis Jejak Intel Jepang. Buku tersebut terinspirasi sepenggal informasi saat meriset untuk buku Pasukan M. Yakni tentang granat yang dimiliki pasukan tersebut.

Yang memasok granat itu ternyata seorang intel asal Jepang yang bernama Arif Tomegoro Yoshizumi. ”Dia ini kepala intel Jepang dan tangan kanan Laksamana Maeda. Tomegoro ini pula yang mengatur acara penyusunan teks proklamasi,” ujarnya.

Meski Tomegoro memiliki peran begitu besar, ternyata tak mudah mendapatkan informasi soal dia. Mungkin karena posisinya sebagai intel yang memang mengharuskannya selalu bergerak di balik layar.

”Saya coba hubungi beberapa kawan yang tinggal di Australia, siapa tahu ada informasi di perpustakaan nasional di sana. Sebab, Arif Tomegoro pernah tertangkap pasukan sekutu di Palembang dan dikirim ke kamp tahanan di Australia,” terangnya.

WENRI Wanhar bisa dibilang sejarawan yang unik, langka. Buku-buku karyanya ditulis dengan berupaya merasakan langsung denyut peristiwa bersejarah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close