Wirdjo, sang Pembunuh Belasan Orang, Sungguh Mengerikan!
Ajaib, nasi goreng segunung itu pun habis disantap Wirdjo. Meski akhirnya, kebanyakan makan membuat Wirdjo tidak bisa jalan karena kekenyangan.
“Saya bilang harus berendam di air sungai biar kenyangnya hilang,” ujarnya.
Bahkan, dalam sebuah kesempatan, selera makan yang meledak-ledak ini nyaris membuat pemilik warung di sekitaran Perliman (simpang Lima) saat itu takut nasinya tidak terbayar.
Wirdjo yang makan bersama sang paman mampu menghabiskan hingga lima bungkus nasi dalam waktu cepat.
Bahkan satu piring makanan dedeh (darah sapi beku yang dimasak) juga disukainya. Rasanya yang empuk, rupanya juga mengundang selera makannya.
Sutedjo pun hanya bisa mengelus dada kala itu, saat melihat proses makan Wirdjo. “Dia orangnya keras tapi ada nyelenehnya. Saya kalau ingat itu suka ketawa sampai sekarang,” kenangnya.
Sementara itu, alat yang digunakan Wirdjo untuk membabat puluhan orang di berbagai kampung pada hari naas itu ternyata bukan celurit. Masyarakat Suku Osing, khususnya di Kampung Watu Buncul menyebut senjata itu jombret.
Bentuknya menyerupai parang. Bedanya alat ini lebih tipis dan memanjang. Di bagian ujungnya, ada bagian yang melengkung sedikit. Di kalangan petani, jambret sering digunakan untuk memotong rumput.