Xylarium Bogoriense dan AIKO Hadir di COP24 Katowice
AIKO adalah alat identifikasi kayu otomatis berbasis computer vision. Keunggulannya, AIKO mampu memangkas waktu identifikasi kayu hingga hitungan detik, yang selama ini dilakukan secara manual dan memerlukan waktu 1-2 minggu.
AIKO merupakan hasil kerjasama penelitian antara P3HH dan Pusat Penelitian Informatika (P2I) LIPI.
“AIKO dapat mendukung peningkatan kinerja pelaku usaha dan industri perkayuan, meningkatkan PNBP, dan utamanya membantu mempercepat proses penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan, terutama dalam penyelesaian konflik penentuan jenis kayu,” ungkap Ratih Damayanti, peneliti P3HH.
Kepala P3HH Dwi Sudharto, yang turut hadir dalam COP24 tersebut mengharapkan agar Xylarium Bogoriense dapat terus dikembangkan dan diperkaya dengan data dan informasi.
Dengan demikian kemanfaatannya akan semakin meningkat, dan AIKO dapat segera diaplikasikan secara luas.
Xylarium Bogoriense yang dikelola oleh P3HH-BLI, saat ini merupakan xylarium dengan jumlah spesimen otentik terbesar di dunia (193.858 spesimen otentik, 110 suku, 785 marga dan 3.667 species). Hal tersebut telah diakui secara internasional oleh International Assosiation of Wood Anatomists (IAWA).
Oleh karenanya, basis data Xylarium Bogoriense memiliki manfaat besar sebagai sumber informasi ilmiah jenis kayu, pemetaan jenis kayu, dan bahan rujukan utama dalam identifikasi kayu bagi lembaga penegak hukum, bea dan cukai, praktisi dan akademisi. (adv/jpnn)