Yakin Masih Ada Tsunami saat Malam, Pilih Tidur di Hutan
Selasa, 02 November 2010 – 07:07 WIB
"Setidaknya, itulah yang saya ingat. Setelah itu, saya berlari saja ke arah hutan tanpa peduli apa pun," ujar Risen, 45, ketika ditemui di bekas reruntuhan rumahnya di Dusun Eru Paraboat, Desa Malakopak, Kecamatan Pagai Selatan, Mentawai.
Pria itu kehilangan seluruh anggota keluarga. Namun, dia enggan menyebutkan satu per satu nama mereka. Risen tampak masih emosional dan membatasi bicara. Dia lebih sering menerawang kosong dan memandangi para relawan SAR serta militer yang membersihkan reruntuhan dan mendistribusikan bahan makanan. "Surak sabeo (terima kasih, Red) sudah datang. Sebaiknya saya tidak bicara banyak," ujarnya dalam bahasa Mentawai.
Eru Paraboat merupakan salah satu titik terparah yang dihantam tsunami di Mentawai. Kampung yang dulu ditinggali 80 KK (kepala keluarga) tersebut kini hanya menyisakan sekitar 100 orang. Kuburan masal berisi 60 mayat telah digali di salah satu tanah lapang di dusun itu. Semua bangunan di sana luluh lantak. Namun, mereka memilih bertahan di lokasi tersebut.