Yakinlah, Golkar Tak Akan Berabe karena Kasus e-KTP
Lebih lanjut Bamsoet menjelaskan, Golkar pada awal reformasi juga mengalami friksi internal karena ada kelompok yang mendukung sisa-sisa kekuatan Orba melawan kelompok reformis. Hingga akhirnya Akbar Tanjung menjadi ketua umum dan mampu mengantar Golkar menjadi jawara Pemilu 2004.
Dualisme juga pernah melanda Golkar karena ada kubu Agung Laksono bersi munas Ancol dengan Aburizal Bakrie. Namun, akhirnya keduanya bisa bersatu dalam munaslub Bali yang mengantar Setya Novanto menjadi ketua umum.
Tapi kini, Setnov memang sedang disebut-sebut terseret kasus korupsi e-KTP. Namanya disebut bersama-sama dua terdakwa korupsi e-KTP, Irman dan Sugiharto dalam patgulipat proyek Kementerian Dalam Negeri dengan biaya Rp 5,9 triliun itu.
Tapi Bamsoet meyakini Golkar tetap solid. Alasannya, saat ini Partai Golkar dari pusat hingga daerah sangat kompak.
“Kesadaran kolektif yang terbangun, membuat guncangan Kasus KTP elektronik itu berdaya rusak kecil, PG tidak akan terbelah, apalagi tumbang,” tegas ketua Komisi III DPR itu.
Tentang prediksi banyak pengamat yang menyebut Golkar di bawah Setya Novanto semakin redup, Bamsoet justru menyodorkan klaim sebaliknya. Hasil pilkada serentak 2017 menunjukkan pengaruh Golkar masih kuat.
“Faktanya Partai Golkar di bawah kepemimpinan Setya Novanto memenangi pertarungan 101 pilkada serentak 2017 hampir 60 persen,” tegasnya.(ara/jpnn)