Yaman Sekarat, Slang Infusnya Disumbat Arab Saudi
Di antara sekitar 20 juta warga sipil Yaman yang bergantung pada bantuan dari luar negeri, sekitar 7 juta warga mengalami kelaparan dan kurang gizi. Mereka itulah yang tidak bisa diabaikan.
”Bantuan menumpuk di perbatasan karena pemerintah (Saudi) tidak mengizinkan kendaraan-kendaraan pengangkut logistik masuk. Yaman akan dilanda kelaparan dengan jumlah korban terbanyak dunia,” terang Lowcock.
Selain kelaparan, wabah penyakit berpotensi besar menggerus jumlah warga sipil Yaman. Menurut Lowcock, mereka yang sakit parah tidak bisa segera dilarikan ke rumah sakit yang lebih bagus karena isolasi Saudi tersebut.
”Semua pesawat dikandangkan. Tidak ada yang beroperasi. Kami terpaksa merawat mereka yang sakit parah atau terluka dengan peralatan dan obat seadanya,” ungkapnya.
Kemarin, penderitaan warga Yaman bertambah setelah pemberontak Houthi yang menguasai ibu kota memerintahkan penutupan SPBU. Gara-garanya, para pemilik SPBU di Sanaa tidak mau melakukan penyesuaian harga.
Sejak Saudi dan koalisinya menggempur Yaman pada Maret 2015, harga bahan bakar melonjak sampai 50 persen dari harga sebelumnya.
Terkait tudingan Amerika Serikat (AS) dan Saudi bahwa rudal balistik yang ditembakkan ke arah bandara pada akhir pekan lalu dikirim dari Iran, Houthi mengklarifikasinya kemarin. Muhammad Abdul Salam, jubir pemberontak Houthi di Sanaa, menegaskan bahwa rudal balistik itu dibuat sendiri oleh para pemberontak.
”Serangan rudal itu kami lancarkan sebagai jawaban terhadap agresi Saudi,” tandasnya.