Yang Perlu Anda Ketahui tentang Rencana Pengembangan KA Gerbangkertosusila Jatim
Namanya Mbah Tumisih. Bersama sejumlah cucunya, dia tinggal di bangunan tua mirip rumah tinggal. Ada beberapa jendela dengan empat pintu di sisi kanan kirinya. Diteliti lagi, di tembok samping bangunan itu ada tulisan ”NGIMBANG +82 M”.
Ya, tempat tersebut merupakan bekas Stasiun Ngimbang yang kini ditinggali keluarga nenek 87 tahun itu. Stasiun di Lamongan tersebut merupakan salah satu stasiun yang menjadi penghubung jalur Babat–Jombang. Lokasinya terpencil. Akses masuknya hanya berupa tanah selebar 1 meter.
Bersama almarhum suaminya yang dulu adalah pegawai PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api), mereka menempati bangunan itu sejak 1974. ”Waduh, dulu kondisinya parah. Rumput tinggi. Bangunan banyak yang rusak. Kotor sekali,” kenangnya.
Setelah membersihkan, keduanya menempati sebagai rumah. Hingga mereka mempunyai 12 anak dan 25 cucu dan banyak cicit. Tidak semua tinggal di tempat itu. Salah satu yang bertahan adalah anak pertama Tumisih, yaitu Sugiono, bersama istri, anak, menantu dan cucunya. Berdasar cerita Sugiono, mereka mendapat izin menempati rumah itu dari pejabat PJKA masa itu.
Sugiono mengajak berkeliling bagian dalam rumah bekas stasiun tersebut. Hampir 80 persen bentuk bangunan utuh. Jejak-jejak kehidupan stasiun bisa dilihat. Ada dinding berplakat PT KAI, jendela yang dulu difungsikan sebagai loket penumpang, hingga laci kecil dan brankas yang konon jadi tempat penyimpanan uang hasil penjualan tiket. ”Benda berharga lainnya sudah dibawa petugas PJKA,” kata Sugiono.
BACA JUGA: Amien Rais Memuji Presiden Jokowi
Fasilitas di stasiun itu terjaga. Ada dua peron di depan stasiun. Peron paling dekat dengan stasiun merupakan jalur dari Jombang menuju Babat. Satunya untuk arah sebaliknya. Namun, sudah tidak ada lagi rel yang tersisa di bagian depan stasiun tersebut.
Di sana masih berdiri bangunan berbentuk persegi menjulang ke atas. Mirip bagian sebuah benteng. Versi Sugiono, tempat itu dipakai untuk tandon air. ”Gerbong keretanya di depan stasiun terus kepalanya (lokomotif, Red) diisi air di tempat itu,” ujarnya.