Yang Perlu Anda Ketahui tentang Rencana Pengembangan KA Gerbangkertosusila Jatim
Selain Stasiun Ngimbang, Jawa Pos menelusuri bekas stasiun lain di dekatnya. Di antaranya, Stasiun Ploso. Dari Babat, jejak stasiun itu mudah terdeteksi. Di sepanjang jalur arteri, bisa dijumpai deretan rel tidak aktif. Ada yang masih kelihatan, ada juga yang sudah tertutup aspal.
Namun, menemukan bangunan Stasiun Ploso tidak mudah. Sebab, kanan kirinya sudah beralih fungsi. Mayoritas jadi tempat usaha. Ada warung, toko, bengkel, dan minimarket. Pandangan kami beralih ke sebuah toko dengan model atap yang sedikit beda, seperti Stasiun Ngimbang sebelumnya.
Di tempat itu tertulis Cafe dan Lesehan. Di sebelahnya sebuah toko peracangan. Sekilas tak ada jejak soal kereta. Namun, sebuah huruf P di tembok atas bangunan di bawah atap menjadi penanda bahwa itu adalah Stasiun Ploso. ”Memang dulunya bangunan ini bagian dari stasiun,” kata salah seorang warga.
Jawa Pos juga melihat jalur kereta yang masuk bagian koneksi ruas Jombang–Babat. Jalur sepanjang 72 km itu dimulai dari Stasiun Jombang, Ploso, Kambangan, Ngimbang, Bluluk, Kedungpring, barulah sampai Stasiun Babat. Saat ini hampir seluruh kondisi rute itu sudah berbaur dan beralih fungsi.
Rute lain yang kami lihat adalah jalur dari Ploso menuju Mojokerto. Berdasar peta PT KAI Daop 8, dulu terdapat jalur kereta di sisi utara Sungai Brantas. Rutenya dimulai dari Ploso (Jombang) menuju Kudu hingga ke wilayah Mojokerto di Desa Ngares, lanjut ke dekat Pabrik Gula Gempolkrep. Setelah itu, jalur mengikuti alur sungai ke arah Lespadangan, Kecamatan Gedeg, Mojokerto.
Di titik itu, Jawa Pos kembali menemukan bekas stasiun yang berada di tengah permukiman. Tidak ada orang yang menempati. Bangunan yang mayoritas terbuat dari kayu dan berkanopi itu dimanfaatkan sebagai tempat parkir mobil. Malah ada yang dipakai untuk teras rumah warga. Maklum, selain teduh, angin semilir yang berembus membuat suasana di sana terasa adem.
Mengacu peta, jalur kereta di sisi utara sungai itu menuju beberapa stasiun lawas seperti Perning, Krian, yang mengarah ke Surabaya. Namun, jejaknya sulit ditelusuri. Mayoritas melewati area tengah persawahan dan menyeberangi banyak anak sungai.
----