jpnn.com, JAKARTA - Tiga warga negara Malaysia, satu WNI, dan sejumlah militan asal Arab tewas dalam baku tembak di Marawi, Mindanao, Filipina. Data tersebut disampaikan Panglima Militer Filipina Jenderal Eduardo Ano.
Terkait dengan kabar terebut, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan, dirinya sudah mendengar info tersebut dari otoritas Filipina. Dari info tersebut, diketahui bahwa sebuah paspor Indonesia ditemukan di lokasi kejadian.
BACA JUGA: Pasukan TNI Perketat Bandara, Intel Sudah Bergerak
”Namanya tidak bisa saya sebutkan. Tapi, saat ini paspor tersebut masih ada di AFP. Saya belum dapat konfirmasi,” tutur Retno kemarin (30/5).
Dia menambahkan, untuk pendalaman lebih jauh, Kemlu terus melakukan komunikasi dengan otoritas dan perwakilan di Filipina.
BACA JUGA: Filipina Serukan Militan Maute Menyerah..atau Mati!
Retno juga mengatakan, selain komunikasi eksternal, pihaknya juga secara intens melakukan komunikasi internal di Kemlu untuk terus mencermati situasi yang berkembang di Marawi serta kondisi WNI yang berada di sana.
Retno menjelaskan, saat ini, ada 16 WNI yang berada tidak jauh dari lokasi darurat militer. Ada 10 WNI yang berada di Marawi dan enam WNI lainnya sudah meninggalkan Marawi dua pekan lalu dan kini tengah berada di Munacipality Sultan Naga Dimaporo, Provinsi Lanao del Norte.
BACA JUGA: WNI Dikabarkan Tewas dalam Pertempuran di Marawi, Masih Misteri
Retno menjelaskan, Kemlu, KJRI Davao, KBRI Manila, dan otoritas Filipina sudah melakukan kontak dengan 10 WNI yang masih berada di Marawi.
”Permintaan mereka adalah agar dievakuasi dari Marawi dan dipulangkan ke Indonesia,” tutur Retno.
Enam WNI lain juga memiliki permintaan yang sama. Retno mengatakan, saat ini, tim dari KJRI Davao sudah berada di lapangan untuk mengupayakan proses evakuasi. Namun, hal tersebut masih belum bisa dilakukan karena masih terkendala faktor keamanan.
”Tim sudah berada di lapangan. Tepatnya di Kota Iligan, Provinsi Lanao del Norte, dua jam perjalanan dari Marawi. Tapi, aspek keamanan masih jadi pertimbangan utama tim. Kami tidak bisa melakukan evakuasi sendiri tanpa kerjasama dan bantuan dari otoritas setempat,” ungkap Retno.
Menurut Retno, 10 WNI yang berada di Marawi itu merupakan anggota Jamaah Tabligh asal Bandung dan Jakarta. Di sana, mereka sedang melakukan ibadah dan dakwah.
Di tengah kegiatan mereka, kondisi keamanan Marawi semakin tidak terkendali. Puluhan anggota kelompok militant menyerbu kota tersebut setelah aparat keamanan berusaha menangkap Isnilon Hapilon, veteran militan Filipina yang juga dikabarkan sebagai pemimpin ISIS di kawasan tersebut.
Tidak lama, bendera hitam ISI berkibar dan kelompok militan dilaporkan menculik seorang pendeta dan 14 jemaat gereja.
Mereka juga membakar sejumlah bangunan. Sebanyak 85 orang tewas dalam insiden tersebut. (and)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Farida dan Zaynab, 2 Perempuan Muslim yang Selamatkan Umat Kristen dari Maute
Redaktur : Tim Redaksi