jpnn.com - Keduanya ialah tidak adanya perhatian pemerintah yang merupakan owner PDAM, dan adanya garis pikiran kuno yang masih bertahan sejak 1990-an
BACA JUGA: Sekda Sumut Dijebak Anak Buah
"Pada zaman 1990-an hanya masyarakat yang sangat mampu saja yang mendapat sambungan rumahBACA JUGA: Todung Pilih Banding ke KAI
Selain itu, pemerintah tidak bisa sediakan pipa kepada penghuni illegal, air dari kran umum lebih murah untuk masyarakat miskin daripada samburangan rumah, juga adanya alasan utama pemerintah menyediakan air bersih adalah untuk mencegah wabah dan penyakit
BACA JUGA: Polisi Yakin Buruannya Tak Lari
Itu antara lain, tiap orang diuntungkan kalau masyarakat miskin mendapata sambungan rumah, itu bisa hemat 12 persen dari pendapatan," papar pria yang kini membantu air bersih di Banda Aceh dan Aceh Besar tersebutDikatakan James , hasil riset Bank Dunia, 1980-1990 bahwa pelayanan terpisah mengalami perkembangan ekonomi"Persentase kemiskinan naik 10 persen, sama dengan GDP turun 1 persen, dan penanaman modal turun 8 persenTapi memang tidak ada isu yang lebih dasar dari ketersediaan air bersih," tukasnya dalam acara yang diselenggarakan USAID (united states agency international development, dari rakyat Amerika), Tempo, dan ESP (environmental services program).
James juga menerangkan, selain soal ketersediaan air, yang juga menjadi salah satu permasalahan ialah service yang tidak bagus"Kalau service bagus, air ada, budaya masyarakatnya sudah bagus, saya yakin masyarakat tidak berat untuk membayar tarifTapi kalau servicenya kurang bagus, tentu orang tak mau bayar," papar dia(gus/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Listrik Jawa Bali Masih Defisit 800 MW
Redaktur : Tim Redaksi