14 Pabrik Pengolahan Cokelat dan Kakao Diresmikan

Sabtu, 25 Juni 2011 – 03:35 WIB

BANDUNG -Kemarin (24/6), industri kakao dan cokelat nasional menorehkan sejarah baruBertempat di kantor PT Ceres, Jalan Mohammad Toha, Bandung, Menteri Perindustrian Muhammad S Hidayat disaksikan Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar, meresmikan 14 pabrik pengolahan industri cokelat dan kakao secara bersamaan.

"Peresmian industri ini bersamaan dengan pencanangan kebangkitan industri kakao dan cokelat nasional yang menandai komitmen para industriawan kakao dan cokelat, untuk meningkatkan kapasitas maupun kualitas produksinya," ujar ucap Presiden Direktur PT Ceres, Yoseph Chuang, saat ditemui Bandung Ekspres (grup JPNN).

Saat ini, kata Yoseph, Indonesia adalah produsen kakao nomor tiga di dunia, dengan produksi sekitar 600 ribu ton per tahun

BACA JUGA: Faktur Pajak Fiktif Marak, Negara Rugi Rp500 Miliar

Sementara hasil pertanian biji kakao dunia adalah sekitar 4 juta ton per tahun
Hampir 80 persen kakao dunia dihasilkan negara-negara Afrika, seperti Pantai Gading dan Ghana.

"Melalui pencanangan Kebangkitan Industri Kakao dan Cokelat Nasional, Indonesia berusaha untuk menjadi produsen kakao nomor satu dunia

BACA JUGA: Mendagri Ajak Pemda Bentuk Perusda

Ini bukan suatu angan-angan kosong, mengingat permintaan pasar dunia terus meningkat sebesar 3 persen per tahun
Kita pun diuntungkan dengan budaya makan cokelat yang terus tumbuh di negara ini," beber Yoseph.

Terlebih lagi, kata dia, pemerintah memberikan dukungan yang sangat signifikan dengan berbagai kebijakannya

BACA JUGA: Tiongkok Dominasi Elektronik Impor

Misalnya, SK Menteri Keuangan yang mengatur tentang bea keluar atas pajak ekspor untuk biji kakao dan penghapusan PPN atas biji kakao"Penyediaan bibit kakao kualitas unggul bagi petani, yang dimotori oleh Menteri Perindustrian, melalui Gernas Kakao pun secara signifikan membangkitkan industri ini," ujarnya.

Jelas dia, peningkatan kapasitas industri kakao mesti dibarengi adanya kesinambungan atau sustainabilityArtinya, petani harus diberi dukungan terus-menerus untuk memastikan adanya suplai biji kakao secara kontinu dengan kualitas terjaga.

Pihak industri, kata dia, berkewajiban mengedukasi petani agar mampu menerapkan pola fermentasi, agar kualitas kakao meningkat tajam, serta bagaimana petani mampu meningkatkan yield, misalnya melalui good farm husbandry atau lebih dikenal dengan sebutan GAP (good agriculture practise).

Sejalan dengan itu, perhatian terhadap lingkungan pun mesti mendapatkan perhatian seriusPetani sebaiknya memilih grafting pohon tua, ketimbang membuka hutan baru untuk menanam kakao"Apabila sustainable growth ini bisa diberlakukan, tak mustahil Indonesia akan menjadi produsen kakao nomor satu duniaSementara peningkatan kualitas produksi biji kakao, akan menjadikan hasil industri kita sebagai bahan baku utama yang berkualitas, bukannya sekadar filler," pungkasnya(iki/fad)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Faktur Pajak Fiktif Marak, Negara Rugi Rp 500 Miliar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler