15 Persen Remaja Sudah Berhubungan Badan di Luar Nikah

Senin, 19 Desember 2016 – 03:45 WIB
Ilustrasi. Foto: AFP

jpnn.com - MEDAN - Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Medan, Sumatera Utara, baru saja merilis sebuah pernyataan yang mengejutkan.

Dalam pernyataan tersebut menyebutkan bahwa dampak seks bebas pada remaja terjadi dan terus meningkat. 

BACA JUGA: Ngebet Punya 2 Istri, Oknum Pegawai PDAM Ngaku Polisi

Hal itu terlihat dari kasus yang berdasar data, 15 persen remaja di Indonesia, sudah melakukan hubungan badan di luar nikah.

Sekitar 20 persen kasus aborsi dilakukan remaja, infeksi alat reproduksi bahkan HIV AIDS. 

BACA JUGA: Kabar Terbaru Bapak yang Hajar Anak dan Istri Karena Udang

Hal ini disampaikan dr Delyuzar Sp.PA (K) pada kegiatan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Medan, yang membekali remaja dan pelajar soal pengetahuan Orientasi Kesehatan Reproduksi, Kamis (15/12). 

Kegiatan itu digelar di aula Kantor BPPKB Kota Medan, dengan dihadiri 100 remaja dan pelajar mewakili setiap kecamatan yang ada di Kota Medan. 

BACA JUGA: Oknum Brimob dan Wanita Berbuat tak Terpuji di Rumah Kosong

Kegiatan itu, dibuka langsung Kepala Badan PP dan KB Kota Medan, Muslim Harahap dengan Pemateri, dr Benny Satria, dr Delyuzar serta Drs Kisman Lubis.

Dikatakan dr Delyuzar,  untuk itu bagi remaja, pengetahun akan kesehatan reproduksi sangat penting. Dengan begitu, diharapkan akan dapat membentengi remaja dari dampak sex bebas. 

"Dengan mengetahui dampak seks bebas itu, bahkan kita harapkan remaja berkata tidak pada sex bebas, sebagai tanggung jawab pada diri mereka," kata Delyuzar. 

Dikatakan Delyuzar, dalam penyampaian pengetahuan itu, harus diiringi kearifan guru dan orangtua. Dengan begitu tujuan membentengi bagi remaja dapat tercapai. 

"Tunjukkan rasa empati dengan dampak seks bebas, dengan berdialog dan siap menjadi teman curhat bagi remaja," ujar Delyuzar seperti diberitakan Sumut Pos (Jawa Pos Group) hari ini.

Dijelaskan Delyuzar, kondisi itu karena seks dinilai menyeramkan, tabu, tidak etis, jorok, haram, dosa dan jijik, sehingga tak disampaikan, walaupun dalam konteks pengetahuan. 

Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu, penasaran, ingin merasakannya, hingga akhirnya menjajalnya. 

Dengan begitu, lanjut Delyuzar, timbul permasalahan, di antaranya ketiadaan dan kesalahan informasi, prilaku munafik dan juga kebodohan.

"Jumlah itu sangat mengejutkan dan menakutkan. Jika dibiarkan, berbahaya. Bahkan, dalam menangani masalah ini, harus melibatkan lintas sektoral," ujar Delyuzar mengakhiri.

Terpisah, dr Benny Satria menjelaskan, kelainan reproduksi mencakup pada kesehatan reproduksi, keadaan dan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh. 

Kelainan reproduksi bukan hanya bebas penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi.

Faktor resiko di antaranya Multiple Sexual Partners lebih dari 1, Partner Pekerja Seks, Umum Intercourse, Melahirkan Dini, Infeksi Menular Seksual, Perokok, Oral Contraceptive, Intrautenine Exposure to DES dan Immunodeficiency. 

“Kegiatan ini kita nilai sangat penting bagi generasi muda. Selain untuk ilmu pengetahun, juga untuk antisipasi akan bahaya seks bebas. Begitu juga dengan dampak lainnya seperti menggunakan narkoba dan kejahatan, "  ujar Muslim. (ain/ila/ray/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Berniat Ngecek Perbuatan Asusila, Pria Ini Malah Cabuli Remaja


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler