Menurut Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, krisis penerbangan memang sudah mulai terjadi sejak 2008
BACA JUGA: Aturan Keuangan Tak Sinkron, Daerah Dirugikan
Ini ditandai dengan menurunnya kargo hingga 50 persen, sebagai load factor, sementara kebutuhan fuel (bahan bakar) justru meningkat."Di Garuda sendiri, meski jumlah penumpang meningkat, tapi dari segi persentase mengalami penurunan 1,6 persen dibanding tahun 2007 lalu yang sebesar 1,7 persen," ujar Emirsyah, dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (10/6).
Khususnya lagi pada saat Lebaran, lanjut Emirsyah, rata-rata airlines mengalami penurunan tingkat isian penumpang hingga 17 persen
"Karena ketidakseimbangan antara pendapatan dan biaya operasional yang semakin tinggi itu, menyebabkan sekitar 26 perusahaan penerbangan (terancam) akan gulung tikar," tukasnya.
Namun demikian, khusus untuk Garuda sendiri, Emirsyah menambahkan bahwa mereka telah melakukan beberapa langkah restrukturisasi perusahaan agar tetap dapat bertahan
BACA JUGA: Aset Pemerintah Rp 77,32 Triliun Ngambang
Salah satunya yakni dengan memberlakukan renumerasi yang disesuaikan dengan tingkat kinerjaBACA JUGA: Nego Saham PT NNT Jangan Libatkan Auditor Independen
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Diminta Tak Gunakan Auditor Independen
Redaktur : Tim Redaksi