jpnn.com, MATARAM - Kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB selaku pemegang saham pengendali untuk melakukan konversi Bank NTB konvensional menjadi Bank Umum Syariah (BUS) mendapatkan dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB.
Kepala OJK Provinsi NTB Yusri mendukung sepenuhnya kebijakan pemegang saham untuk konversi Bank NTB jadi syariah.
BACA JUGA: OJK Kaji Pendirian Manajer Investasi Syariah
Hanya saja, yang perlu menjadi perhatian adalah memperkuat likuiditas permodalan dari Bank NTB.
"Masalah likuiditas ini harus diperhatikan dan dijaga. Kalau terjadi penarikan dana ihak Kektiga (DPK) akan berdampak terhadap likuiditas dan akan membuat reputasi tidak baik," kata Yusri, Rabu (5/4).
BACA JUGA: Pembiayaan Bank Syariah Tumbuh 13,87 Persen
Menurut Yusri, dalam berbagai tahapan konversi Bank NTB jadi Bank NTB syariah menunjukkkan cerminan awal yang baik dan langkah apa saja yang akan dilakukan ke depannya.
Dengan begitu, perjalanan konversi benar-benar dilalui tidak ada ganjalan sama sekali dan bisa diterima oleh pasar secara luas.
BACA JUGA: Terbitkan Sukuk Global, Indonesia Raup Rp 39 Triliun
Yusri memberikan tiga catatan dalam pelaksanaan konversi Bank NTB konvensional menjadi Bank Umum Syariah (BUS).
Pertama adalah bagaimana pengurus mempersiapkan mitigasi berbagai risiko yang timbul dari konversi.
Risiko ini, menurut Yusri, yang menjadi bawaan dari dahulu adalah permasalahan likuiditas.
Karena dana pihak ketiga (DPK) di Bank NTB itu mayoritas dimiliki oleh pemerintah daerah dan korporasi.
Sementara untuk ritel hanya 30 persen.
Bagaimana pengurus Bank NTB memiliki mitigasi risiko.
Sangat tidak diharapkan ada pemindahan dana, ketika konversi dilakukan oleh pemilik dana, baik itu deposito maupun tabungan dan lainnya.
Karena itu, diperlukan strategi dan terobosan bagaimana caranya menjaga hubungan dengan nasabah korporasi itu harus bertahan dan tetap menempatkan dananya di Bank NTB.
Untuk itu, perlu dibangun komunikasi dan pendekatan kepada nasabah ritel dan korporasi di Bank NTB dari sekarang.
Dengan begitu, masalah-masalah likuiditas ini tetap terjaga.
Faktor kedua adalah masalah peran teknologi Iinformasi (TI) menjadi sangat penting.
Selanjutnya yang ketiga adalah masalah kesiapan sumber daya manusia (SDM).
Menurut Yusri, kesiapan SDM yang andal untuk Bank NTB Syariah ini menjadi ujung tombak untuk mengenalkan syariah kepada masyarakat luas. (luk)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aset BNI Syariah Tembus Rp 28,31 Triliun
Redaktur & Reporter : Ragil