73 Desa di Sampit Terancam Banjir

Rabu, 16 November 2011 – 11:28 WIB
SAMPIT – Intensitas hujan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terus meningkatHasil evaluasi dan pemetaan rawan bencana Dinas Sosial (Dinsos) Kotim, sedikitnya 73 desa sangat berpotensi alias terancam banjir jika hujan terus meningkat

BACA JUGA: Meresahkan, 10 Kuntilanak Ditangkap

Puluhan desa yang tersebar di sejumlah kecamatan tersebut sebagian besar berada di bantaran sungai, sehingga sangat rawan diterjang banjir akibat luapan air sungai
Masyarakat dan seluruh aparatur desa diminta siaga dan segera melaporkan ke kecamatan atau kabupaten jika terjadi banjir.

“Daerah rawan banjir tersebut merupakan langganan banjir yang terjadi hampir setiap tahun, namun, dengan ketinggian air yang berbeda-beda

BACA JUGA: Menang Pilkada, Wakil Bupati Ditahan

Seperti di Pantai Harapan, tahun lalu banjirnya sangat parah karena warga desa terpaksa harus mengungsi,” kata Kepala Bidang Bantuan Jaminan Sosial Dinas Sosial Kotim, Yunus kepada Radar Sampit (JPNN Grup).

Dari data Dinsos, desa yang rawan banjir tersebut tersebar di 9 kecamatan, diantaranya, Antang Kalang 21 desa, Bukit Santuai 14 desa, Mentaya Hulu 13 desa, Parenggean 8 desa, Cempaga Hulu 7 desa, Cempaga 4 desa, Telawang 3 desa, Mentaya Hilir 2 desa, dan Kecamatan Kota Besi 1 desa.

Meski daerah rawan mencapai puluhan desa, kata Yunus, hingga kemarin belum ada laporan terjadinya bencana banjir meski curah hujan sudah meningkat dalam beberapa hari terakhir ini
Namun, ada sejumlah warga yang datang ke Dinsos mempertanyakan mekanisme penyaluran bantuan jika terjadi banjir

BACA JUGA: Bersalah, Pengadilan Tipikor Bebaskan Koruptor

“Kalau banjir, harus ada laporan secara tertulis dari daerah banjir dan kami pada prinsipnya akan menindaklanjuti dengan menyalurkan bantuan atau mengirim Tagana,” jelasnya.

Menurut Yunus, pihaknya telah menyiapkan antisipasi jika terjadi banjir, baik berupa peralatan maupun bantuanUntuk bantuan, stok yang disiapkan diantaranya, beras cadangan pemerintah sebanyak 100 ton, beras bantuan provinsi 5 ton, pakaian, tenda, peralatan memasak, dan sejumlah bantuan lainnya.

Selain itu, sebanyak 51 orang pasukan taruna siaga bencana (Tagana) yang tersebar di seluruh kecamatan, juga siap dikerahkan untuk membantu korban banjir“Untuk kesiapan Tagana, sepanjang ada banjir, kami siapkan mengerahkan sesuai kebutuhan,” tegasnya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandara H Asan Sampit sebelumnya memprakirakan periode akhir 2011 hingga awal 2012 mendatang, intensitas hujan akan meningkat signifikan.

Kepala BMKG Sampit, Yulida Warni mengatakan, berdasarkan pengamatan pihaknya, periode bulan Agustus – September lalu curah hujan sekitar 92 milimeter lebih, memasuki Oktober, curah hujan naik menjadi 222 milimeter, dan pada November ini diperkirakan akan mencapai puncak 314 milimeter, sementara Desember mendatang diprediksikan kembali meningkat mencapai angka 347 milimeter.

Lembaga pemerhati lingkungan di Kalteng, Save Our Borneo (SOB) pernah mengingatkan, banjir yang terjadi di Kotim disebabkan kesalahan pengelolaan ruang dan resapan air yang dikonversi menjadi kawasan perkebunan dan pertambangan.

Nordin, Direktur Eksekutif SOB mengungkapkan, Kotim merupakan daerah yang paling sedikit kawasan hutan karena sebagian besar telah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit dan pertambangan, bahkan beberapa tahun silam terjadi perusakan hutan akibat illegal logging.

“Banjir merupakan bencana ekologis yang salah satunya disebabkan kesalahan dalam pengelolaan ruang resapan dan penyangga airSeringnya terjadi banjir, seharusnya menjadi pelajaran bagi pemerintah agar menghentikan land clearing untuk perkebunan atau pertambangan dan serius melakukan rehabilitasi hutan,” katanya. (rm-45)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemkab Enggan Dapat Recehan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler