80 Ribu Taksi Online Terancam Kena Tilang

Sabtu, 27 Januari 2018 – 07:05 WIB
Menhub Budi Karya Sumadi (kanan) memberikan secara simbolis SIM A Khusus kepada pengemudi taksi online, Gunawan Gouw, di Satpas SIM Daan Mogot, Jakarta, Sabtu (11/11/2017). FOTO: HENDRA EKA/JAWA POS

jpnn.com, JAKARTA - Di antara 83.906 driver taksi online yang diharapkan melakukan registrasi dan pemeriksaan, hanya 1.710 (2 persen) yang menjalani ketentuan yang diatur dalam Permenhub Nomor 108 Tahun 2017 itu.

Padahal, Permehub Nomor 108/2017 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek itu berlaku sepenuhnya pada 1 Februari mendatang.

BACA JUGA: Semua Pihak Diingatkan Harus Komit Jalankan PM 108/2017

Untuk mematuhi permenhub tersebut, pengemudi taksi online harus memenuhi beberapa syarat.

Antara lain, menjalani uji kir, memiliki SIM A umum, dan menempelkan stiker sebagai penanda taksi online.

BACA JUGA: Taksi Online Ditempeli Stiker, Menurut Anda Bagaimana?

Persyaratan itu sejatinya harus dipenuhi sejak 1 November lalu. Namun, pemerintah memberikan masa tenggat selama 90 hari. Eh, ketika masa tenggat tersebut habis, ternyata driver yang mematuhi masih sangat minim.

’’Ada fenomena mobil (taksi online, Red) banyak, tetapi tidak mau diatur,’’ kata dosen transportasi Universitas Indonesia Ellen Sophie Wulan Tangkudung, Jumat (26/1).

BACA JUGA: Rudi: Taksi Online Harus Urus Izin Dulu Baru Bisa Beroperasi

Dengan berlakunya Permenhub 108/2017, ada lebih dari 80 ribu driver taksi online yang terancam sanksi. Sebab, mereka yang kedapatan beroperasi tanpa memenuhi aturan itu bakal ditilang.

Dalam dua pekan pertama Februari, tindakan hukum berupa operasi simpatik. Namun, setelah itu, akan dilakukan tilang oleh polisi.

Ellen menyayangkan masih sedikitnya driver taksi online yang mendaftar secara resmi dan tuntas hingga mendapatkan kartu pengawasan.

Padahal, ketika aturan itu dikeluarkan, banyak yang memprediksi kuota tidak akan cukup menampung armada taksi online yang sudah ada.

Perempuan yang juga presidium Masyarakat Transportasi Indonesia itu menilai, kondisi tersebut tidak lepas dari pembiaran yang dilakukan perusahaan aplikasi taksi online seperti Uber, Grab, maupun Go-Jek. ’’Aplikasi kan bisa menjatuhkan suspend,’’ katanya. (wan/and/jun/c5/ang)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kolaborasi Taksi Konvensional-Online, Driver Makin Sejahtera


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler