800 Keluarga di Batam Tanpa Listrik PLN

Jumat, 28 Oktober 2011 – 02:48 WIB

BATAM - Kehidupan hingar bingar Kota Batam berbanding terbalik dengan kehidupan di pesisirDi kecamatan Nongsa, misalnya, masih ada sekitar 800 kepala keluarga yang masih belum mendapatkan aliran listrik dari PT Perusahaan Listrik Nasional (PLN) Batam.

Sebanyak 800 kepala keluarga ini tersebar dalam beberapa kelurahan di pinggiran Kota Batam

BACA JUGA: Janji Konsisten Perjuangkan Kaltara

Sekitar 700 kepala keluarga yang tidak mendapatkan aliran listrik dari PLN berada di hinterland di tujuh pulau yang masuk dalam Kecamatan Nongsa, seperti Pulau Kabil, Ngenang, dan Pulau Kasam.

Tetapi yang paling memprihatinkan, di daratan Nongsa pun masih ada sekitar 100 kepala keluarga yang tidak bisa menikmati aliran listrik
Seperti di Kampung Teri, Kelurahan Sambau ada sekitar 40 kepala keluarga dan di Teluk Lengung sekitar 60 kepala keluarga yang tidak mendapatkan instalasi listrik PLN.

Hal ini diungkapkan Camat Nongsa Alwi AR ketika dijumpai di kantornya,  Kamis (27/10)

BACA JUGA: Pedagang Pasar Babat Lamongan Minta Jaminan Politisi Senayan

Sebagai penerangan, warga menggunakan genset
Ada sebagian daerah yang mendapatkan bantuan genset dari Pemko Batam tahun 2002

BACA JUGA: 20 Rumah Rusak Dihantam Angin Puting Beliung

Tetapi genset bantuan Pemko tersebut kini sudah rusak."Ngenang, Kampung Teri, Teluk Lengung mendapat bantuan genset dari Pemko Batam, tetapi itu sudah 10 tahun lalu, sudah rusak," katanya.

Dengan menggunakan genset biaya yang harus dikeluarkan warga pun harus bertambah untuk beli solarBelum lagi solar saat ini sangat susah untuk didapatkanBahkan sebulan warga harus mengeluarkan biaya solar hingga Rp170 ribu per KK.

Menurut Alwi, warga yang tinggal di Teluk Lengung hanya bisa menikmati listrik genset empat jam setiap harinya mulai pukul 18.00 hingga 22.00 WIBSelain jam tersebut warga harus menggunakan kompos masak atau kayu bakar untuk memasak.

"Kalau lewat pukul 22.00 WIB, warga tidur dalam suasana gelapBiasanya genset sudah dimatikan sebelum tengah malamKasihan mereka, hanya mendapatkan penerangan empat jam tetapi pengeluaran mereka untuk beli bahan bakar solar sangat mahal," ujar Alwi.

Bahkan mulai pagi hingga sore, warga yang tinggal di Teluk Lengung tidak bisa mengerjakan pekerjaan yang menggunakan listrik"Bayangkan, menonton televisi dan masak di rice cooker orang itu hanya bisa sore hariBandingkan dengan kehidupan kita di daerah kota iniSemuanya sudah serba listrik," tambahnya(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Senpi Milik Polisi di Papua Dicuri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler