Aceh Paling Rawan Gerakan Radikal

Kamis, 06 Oktober 2011 – 07:26 WIB

JAKARTA---Nanggroe Aceh Darussalam berpotensi menjadi tempat aman bagi gerakan radikal di IndonesiaSurvei terbaru dari lembaga Lazuardi Biru menyebutkan, tiga daerah teratas rawan radikalisme adalah Aceh, Jawa Barat dan Banten

BACA JUGA: PNS Lulusan SMA Ditawari Pensiun Dini



LSM yang memiliki perhatian pada isu radikalisme dan terorisme, serta menentang segala bentuk kekerasan atas nama agama ini melakukan penelitian tentang indeks kerentanan radikalisme di 33 propinsi di Indonesia.

Dhyah Madya Ruth SN, Ketua Lazuardi Birru mengatakan, Aceh menempati posisi tertinggi 56,8 persen
Lalu disudul  Jawa Barat dan Banten yang memiliki indeks kerentanan yang sama sebesar 46,6 persen

BACA JUGA: Fahri Minta KPK Diaudit Khusus

"Indeks ini menunjukkan tingkat partisipasi, dukungan, dan penerimaan masyarakat terhadap radikalisme sosial-kegamaan di daerah tersebut," kata Dhyah saat jumpa pers bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Jakarta Media Centre kemarin (05/10).

Komponen yang disurvei terdiri dari tindakan radikal, sikap radikal, jihadisme, agenda Islamis, dukungan terhadap organisasi radikal, keanggotaan organisasi radikal, alienasi, deprivasi, intoleransi terhadap non-muslim, perasaan tidak aman, dan perasaan terancam, jihadisme, support terhadap organisasi radikal,  dan alienasi atau menutup diri
"Kami melakukan survei dengan responden yang terukur," katanya

BACA JUGA: 10 Anggota DPR jadi Terlapor Mafia Anggaran



Beberapa indikator indeks tindakan radikalisme antara lain keterlibatan dalam berbagai aksi radikal, bersedia melakukan aksi radikal bila ada kesempatan, melakukan atau merencanakan razia terhadap orang atau kelompok yang dipandang berperilaku yang bertentangan dengan syariat Islam, demonstrasi menentang kelompok yang dinilai menodai ajaran Islam, melakukan penyerangan terhadap rumah ibadah pemeluk agama lain, dan atau menyumbang dana bagi perjuangan menegakan syariat Islam.

"Indeks tindakan radikal pada tahun 2010 sebesar 24.7Indeks ini menurun pada tahun 2011 yang mencapai nilai 20.0Penurunan indeks tindakan radikal sebesar 4.70 ini menyatakan berkurangnya muslim yang terlibat dalam berbagai aksi radikal," katanya

Sampel total responden yang disurvei 4.840 orangMetodologi dengan eror margin sebesar 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, dan survei dilakukan pada Juli-Juni 2011Data agama responden  86,3 persen Muslim, 11,1 persen Kristen, dan agama lain 2,6 persen.

Untuk mengukur indeks jihadisme, digunakan barometer pandangan muslim tentang makna jihad sebagai tindakan mengangkat senjata, penggunaan kekerasan, dan pengorbanan nyawaIndeks jihadisme pada tahun 2010 menujukkan nilai sebesar 49.8, sedangkan pada tahun 2011 menunjukkan nilai sebesar 47.1.

Penurunan indeks jihadisme sebesar 2.7 menunjukkan adanya pergeseran yang positifHal ini menjelaskan bahwa umat Islam banyak yang tidak menyetujui jihad dimaknai sebagai tindakan kekerasan"Apabila seorang Muslim dapat menempatkan makna jihad sebagaimana mestinya, dan tidak mempercayai jihad sebagai tindakan kekerasan, maka bisa diproyeksikan gerakan radikal akan kehilangan legitimasi," katanya

Kepala BNPT Irjen (purn) Ansyad Mbai menyambut positif penelitian iniPihaknya juga akan membangun jaringan dengan LSM dan organisasi masyarakat untuk mengurangi pemahaman radikal di masyarakat"Pencegahan teror lebih baik daripada penindakan setelah terjadi," katanya.(rdl)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Masalah TKI, DPR Perkuat Peranan Pemda


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler