Ada yang Menyusun Pembunuhan Mirna

Minggu, 31 Januari 2016 – 16:23 WIB
Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel menjadi pembicara pada diskusi bertema Mencari Sang Pembunuh di Jakarta, Sabtu (30/1). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - JESSICA Kumala Wongso ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan berencana Wayan Mirna Salihin. Namun, Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel tetap berkeyakinan bukan Jessica yang membunuh Mirna.

Lalu apa yang membuat Reza begitu yakin bahwa bukan Jessica yang membunuh Mirna? Berikut petikan wawancara reporter JPNN.com, Yessy Artada dengan Reza Indragiri Amriel di Cikini, Jakarta, Sabtu (30/1).

BACA JUGA: Kami akan Buka CCTV

Jessica sudah ditetapkan menjadi tersangka pembunuh Mirna, tanggapan Anda?

Ini situasi seperti mimpi buruk. Yang kita lihat, ketika teman-teman di Polda mengalami kekikukan, itu terasa. Yang muncul adalah sanksi sosial, intimidasi dari masyarakat. Itu justru menjadi penyiksaan bagi Jessica.

BACA JUGA: Saya Tidak Takut!

Apa yang membuat Anda yakin bukan Jessica pembunuh Mirna?

Kita lupa bahwa alat instrumen di sana itu racun. Kalau cerurit, badik, pistol dan sebagainya itu mengharuskan pelaku berhadapan langsung dengan pelakunya. Nah, karena si pelaku ini sengaja ingin mengambil jarak dengan si korban dan dia nggak ingin perbuatannya ditangkap oleh kamera, nggak ingin orang banyak ketahui. Dari situlah saya berpendapat, walaupun korban dan lokasinya di situ, tapi pelaku nggak ada di situ.

BACA JUGA: Akan Ada Banyak Perubahan Musim Ini

Ini seperti teori klasik, sebuah teori usang. Namanya teori usang segitiga kejahatan. Kejahatan itu bisa terjadi kalau ada tiga unsur yaitu ada korban, ada lokasi dan ada pelaku. Polisi memanfaatkan teori ini, karena korban, lokasi ada di situ, maka pelaku ada di situ juga.

Apa yang Anda lihat dari kasus pembunuhan Mirna ini?

Saya sampai detik ini nggak yakin (Jessica pembunuh Mirna). Ini adalah mengincar pembunuh yang tidak sebenarnya. Saya masih menduga ini salah sasaran. Ini kacau balau penataannya, kasus racun tapi salah sasaran. Pembunuhan salah sasaran.

Mengapa Anda melihat ini salah sasaran? Racun itu kan jelas-jelas ada di kopi Vietnamese yang Mirna minum dan yang pesan Jessica?

Pelaku kejahatan punya kalkulasi. Tapi dalam kasus ini instrumen kejahatan yang digunakan tidak sebanding dengan kejahatannya.

Maksudnya?

Alat kejahatannya racun sianida, itu bukan tergolong racun yang dijual bebas di swalayan atau bisa dibeli di toko-toko pinggir jalan. Siandia nggak bisa didapatkan oleh sembarang orang. Itu (sianida) hanya bisa dibeli lewat saluran khusus, melalui online karena si calon pelaku harus masuk ke resensi tertentu lebih dulu. Isi data-data dulu, termasuk untuk apa dia akan menggunakan racun itu. Kalau ternyata data nggak singkron, maka akan ditolak dan nggak bisa beli sianida.

Kemudian, takarannya juga gila-gilaan 15 gram. Padahal dengan takaran yang sedikit saja sudah mematikan. Nah sianida ini digunakan oleh seseorang untuk membunuh Mirna, yang dia nggak terlibat skandal, nggak simpan rahasia negara dan sebagainya. Jadi sangat nggak sebanding dengan korban yang kehilangan nyawa ini.

Niat pelaku menggunakan sianida 15 gram?

Orang ini pengin sungguh-sungguh si korban nggak mau dievakuasi sama sekali. Jadi benar-benar dibuat mati. Jadi pelaku ini sungguh-sungguh memboroskan, sungguh-sungguh mahal, sungguh-sungguh menyusahkan diri sendiri. Seharusnya, korbannya harus setara dengan nilainya.

Tapi beberapa pakar ekspresi wajah, pakar hypnoterapi melihat bahwa Jessica berkata tidak jujur dan ada fakta yang dia sembunyikan dalam kasus tewasnya Mirna?

Imajinasi saya dikatakan berlebihan, analisis saya musnah total hanya dengan seseorang melihat gerak tubuh orang. Selama 5 menit sudah dikatakan Anda bersalah. Mendeteksi mata, gerak gerik tubuh itu bukan jadi acuan apakah orang itu salah atau benar.

Di Amerika dari sekian banyak hanya tersisa 4-5 pakai lie detector, sisanya menganggap (lie detector) itu sampah. Di sana nggak memperbolehkan lie detector dipergunakan sebagai instrumen alat. Jadi bukan kalau matanya berkedip-kedip, itu tanda-tanda kecemasan, itulah Indonesia ini perlu kami cerdaskan.

Kalau bukan Jessica, siapa kira-kira pembunuh Mirna?

Saya bilang matang dalam persiapan, tapi kacau balau pada pelaksanaannya. Orang yang terlibat pembunuhan itu hanya satu orang. Ada yang menyusun pembunuhan itu. Tentunya itu tugas polisi untuk mengungkap.

Dengan ditetapkannya Jessica sebagai tersangka, apa Anda yakin modus pembunuhan Mirna akan terungkap?

Saya nggak yakin kasus ini bisa terungkap meski Jessica sudah ditangkap.***

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dia Anak Buahnya Abu Jandal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler