Ade Firman, antara 22 Menit dan Tulah Jadi Polantas

Minggu, 22 Juli 2018 – 14:14 WIB
Ade Firman Hakim. Foto: Dedi Yondra/JPNN.Com

jpnn.com - Artis peran Ade Firman Hakim terlibat dalam film terbaru berjudul 22 Menit. Ade dalam film drama aksi itu berperan sebagai seorang polisi lalu lintas (polantas) bernama Firman.

Padahal, Ade sempat menolak tawaran untuk terlibat di film garapan Buttonijo itu. Lantas, bagaimana Ade akhirnya tergerak ikut berperan dalam film berlatar teror bom Thamrin, Jakarta Pusat pada 2016 itu?

BACA JUGA: Sajikan Drama di Tengah Teror Bom Thamrin dalam 22 Menit

Berikut ini petikan wawancara Dedi Yondra dari JPNN dengan Ade;

Bagaimana cerita bergabung dalam film 22 Menit?
Sebetulnya gue udah menolak pekerjaan ini awalnya, karena gue ada produksi baru. Tapi tiba-tiba batal dan gue menelepon produser (22 Menit) masih ada enggak.

BACA JUGA: Otak Bom Thamrin Belum Dieksekusi karena Masih Menunggu Ini

Apakah Anda sangat selektif memilih peran?
Gue percaya peran itu akan memilih aktornya. Contohnya gini, gue udah nolak tapi balik lagi ke sini, secara enggak langsung ini kayaknya gue emang harus memerankan polantas.

Dan anehnya waktu itu gue naik ojek online. Terus mereka (polantas, red) lagi menilang ojek online. Menurut gue enggak fair dan akhirnya gue selfie di sana sama polisinya.

BACA JUGA: Alasan Majelis Hakim Jatuhkan Vonis Mati untuk Aman

Gue mikirnya polisi begitu banget tapi akhirnya gue ditulah (kutukan) harus memerankan peran itu. Gue akhirnya jadi tahu gimana capeknya kayak begini jadi polantas, gue jadi menghargai,

Kenapa akhirnya tertarik berakting dalam film ini?
Gue terima dan baca skripnya, terus gue mikir kayaknya udah jalannya gue main film yang menurut gue film sejarah, film yang pernah terjadi di Indonesia.

Apa perasaan Anda saat tahu akan menjadi polisi lalu lintas?
Gue tanya, gue jadi apa ternyata jadi polantas, menurut gue lebih humanis. Lu jadi hero, semuanya hero, tapi saat itu lu dikenal banyak masyarakat karena turun langsung ke sana. So gue happy banget.

Adakah riset yang Anda lalukan untuk peran tersebut?
Iya sih. Waktu itu gue pada Sabtu dan Minggu di Thamrin siang-siang, sampai jam 10.00 sampai jam 14.00 gue belajar mengatur lalu lintas sama kepolisian, sama Pak Eko, Jadi gue mau berterima kasih sama Pak Eko karena beliau yang sudah ngajarin gue gimana ngatur lalu lintas.

Apa manfaat terbesar dari riset yang kamu lakukan?
Gue ingin merasakan ambience (suasana, red) saja. Kalau gue enggak merasakan berada di situ jadi bagiamana memerankannya. Jadi itu tahapan yang gue ambil. Soalnya gue ngga ada (bagian) persenjataan dan tembak-tembakan.

Bagaimana rasanya memakai seragam polisi?
Panas banget, karena atribut Firman itu. Pertama gue harus menghafal atributnya, cara makai biar cepat bagaimana, karena kan itu ensemble-nya banyak banget, jadi gue harus selalu on pas take (pengambilan gambar, red).

Bagaimana pendalaman dan pengembangan karakter Firman?
Yang menarik dari film ini sutradaranya ada dua, Eugene Panji dan Myrna Paramita. Eugene lebih ke action, Myrna lebih ke dramanya. Dia bilang touch dramanya begini-begini ya dek, dia membebaskan gue malah, kayak banyak ngaca atau jargon dari gue yang milih jargon polisi yang oke menurut gue. Lebih merakyat, becanda dalam keseharian.

Apa yang ingin disampaikan film 22 Menit? 
Gue sebagai pemain secara pribadi, gue sedih banget banyaknya korban-korban bom di luar sana, gue sempat berbicara dengan para korban, ternyata korban dari teroris itu dari semua lapisan masyarakat, siapa pun itu, mau berseragam, dari kelas mana, semuanya kena, bahkan yang ngga ada di situ bisa juga jadi korban misal yang lihat di medis sosial itu jadi viral. Banyak korban yang traumatik, kita bukan jadi waspada tapi ketakutan.(mg3/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingat, Ini Tanggal Pembacaan Vonis untuk Aman Abdurrahman


Redaktur & Reporter : Dedi Yondra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler