jpnn.com, JAKARTA - Penulisan Yerusalem ibu kota Israel dalam buku IPS kelas VI SD yang bikin heboh tidak saja ahistoris (berlawanan dengan sejarah), namun juga kontradiktif dengan sikap Presiden Joko Widodo dan komitmen pemerintah dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
(Heboh Yerusalem Ibu Kota Israel di Buku IPS Kelas VI SD)
BACA JUGA: Erdogan Undang Bekas Negara Komunis Ini ke Pertemuan OKI
"Itu bertentangan dengan sikap Presiden Joko Widodo yang mengecam keras pengakuan sepihak Donald Trump atas Israel," ucap Anggota Komisi X Abdul Fikri Faqih kepada JPNN, Rabu (13/12).
Buku yang dicetak penerbit Yudhistira itu pun ahistoris mengingat negara-negara nonblok yang inisiatornya adalah Presiden Pertama RI Soekarno, berkomitmen untuk memerdekakan negara yang hadir dalam konferensi Asia Afrika di Bandung kala itu.
BACA JUGA: Putin dan Erdogan Sepakat Trump Bikin Kacau Timur Tengah
"Dan semua sudah merdeka tinggal Palestina yang belum, mestinya kita ikut mendukung usaha kemerdekaannya. Tapi buku itu bertolak belakang dengan amanah dan semangat sejarah itu," tutur politikus PKS ini.
Karena itu mantan kepala sekolah di Jawa Tengah ini meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy segera mengintruksikan jajarannya menarik buku itu dari peredaran di sekolah-sekolah dan merevisinya.
BACA JUGA: Buku SD Sebut Yerusalem Milik Israel, Ini Reaksi Kemendikbud
"Jadi kata kuncinya adalah wajib direvisi," pungkas ketua DPW PKS Jateng ini. (fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Heboh Yerusalem di Diktat SD, Yudhistira Minta Maaf
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam