jpnn.com - JAKARTA - Forum silaturahmi para aktivis 98 lintas profesi dan lintas partai yang tergabung dalam Rumah 98, meminta para elite politik tidak menggunakan isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) dalam pelaksanaan pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
Pasalnya, isu SARA sangat sensitif, hingga dikhawatirkan dapat mengusik nilai kebangsaan yang selama ini merupakan rujukan moral dan napas dalam proses berbangsa dan bernegara.
BACA JUGA: Fiji Ingin Belajar Penanggulangan Terorisme Kepada BNPT
"Jangan usik rasa kebangsaan. Jangan membuat bangsa ini seakan-akan dipecah belah hanya karena kepentingan sesaat," ujar salah seorang aktivis dari Rumah 98 Bernard Haloho, Kamis (3/11).
Para aktivis 98, kata Bernard juga mengimbau semua pihak untuk jeli memasang telinga, menakar eskalasi dan peta pemain dalam pusaran isu yang sensitif dan berbahaya tersebut. Langkah ini penting agar semua pihak dapat saling mengingatkan ketika ada pihak-pihak yang melakukannya.
BACA JUGA: Damayanti Nongol Lagi di KPK, Diperiksa Untuk Siapa, Mbak?
"Karena kami mendukung pihak kepolisian dalam menegakkan hukum dan bertindak tegas terhadap segala macam bentuk aksi anarkistis,” ujar Bernard.
Sementara itu, kepada setiap tokoh agama dan tokoh masyarakat, para aktivis 98 meminta untuk dapat menciptakan suasana kondusif. Bukan justru memancing suasana makin memanas.
BACA JUGA: Tiga Hakim Digarap KPK di Kasus Suap Jaksa
"Pada tokoh politik, sekali lagi kami meminta, jangan gunakan isu SARA demi tujuan politik jangka pendek, " ujar Bernard.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Neta: Mulutmu Harimaumu Sudah Menjadi Tragedi
Redaktur : Tim Redaksi