Ali Alatas Wafat, SBY Sempat Syok

Kenang Dili dan Atambua

Jumat, 12 Desember 2008 – 01:01 WIB
Foto : Agus Wahyudi/ JAWA POS
JAKARTA - Mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas (1988-1999) wafat pada hari Kamis, tanggal 11 Desember 2008Diplomat Indonesia itu menghabiskan nafas terakhirnya pada usia 76 tahun di Rumah Sakit Mount Elizabeth pukul 07.30 Singapura.   

Alex, demikian almarhum akrab disapa jatuh sakit sejak tanggal 20 Nopember 2008 dan dirawat di Rumah Sakit Medistra, Jakarta

BACA JUGA: Berantas Korupsi, Perlu Pemahaman Ulang

Kemudian pada tanggal 24 Nopember 2008 beliau dipindahkan ke RS Mount Elizabeth di Singapura


Dua belas tahun yang lalu, Alex sempat dirawat di RS yang sama untuk menjalani operasi bypass jantung

BACA JUGA: KPK Minta Hakim Tipikor Tak Merangkap

Pria kelahiran Jakarta, 4 November 1932 itu meninggalkan istri, Yunisa Alatas, serta tiga puteri dan delapan cucu
Jabatan terakhir beliau adalah Ketua Dewan Pertimbangan Presiden

BACA JUGA: Revisi Keppres 80/2003 Ditanggapi Positif

Jenazah Alex tiba di Bandara Udara Soekarno Hatta pukul 18.10 dengan pesawat GA 869 dan diterima langsung oleh Menteri Luar Negeri Nur Hassan Wirajuda.

Presiden SBY menyempatkan diri mengunjungi rumah duka di Jalan Benda Nomor 19 Jakarta SelatanRombongan presiden hadir sekitar pukul 20.30 bersamaan dengan kehadiran Perdana Menteri Malaysia Abdullah

Sekitar 15 menit melihat jenazah dan menyampaikan belasungkawa, Presiden menyempatkan diri untuk memberikan keterangan mengenai jasa-jasa Alex bagi bangsa ini“Bangsa ini kembali kehilangan seorang tokoh yang besarSeorang diplomat ulung, negarawan, serta pendidik yang gigih memperjuangkan kepentingan nasional,” ujarnya dengan mata sembab.

Dalam kesempatan tersebut, SBY menyampaikan bahwa salah satu kenangan yang hingga kini masih diiingatnya adalah apda 1999 saat Alex selaku ketua delegasi RI harus menjelaskan persoalan Timor Timur di forum Dewan Keamanan PBB“Saat itu saya selaku salah satu perwira tinggi TNI ikut mendampingi beliauBeliau mengajarkan bagaimana tetap memposisikan diri untuk membela kepentingan nasional,” kata SBY yang mengenakan batik ungu tersebut.

Kemudian satu tahun berikutnya, Alex juga menjelaskan dalam forum yang sama mengenai kasus Atambua“Saya masih ingat kata-kata yang beliau ucapkan saat itu,” imbuhnya.

Setahun yang lalu, tepatnya pada 2007, SBY kembali menghadiri forum DK PBBMantan Menko Polkam itu menjelaskan bahwa dulu dia berada dibelakang dan meneladani, kini saat berada di depan, Alex memberikan masukan dan saran“Ini menunjukkan bagaimana sikap tut wuri handayaniKalau dulu Ing ngarso sung tuladha,” lanjutnya

Rombongan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga ikut mengunjungi rumah dukaJK masuk rumah duka sekitar pukul 21.30 setelah iring-iringan rombongan Presiden SBY meninggalkan rumah duka.

Sementara PM Abdullah Badawi menjelaskan bahwa Ali Alatas merupakan sosok diplomat yang hingga akhir hayatnya terus berbuat positif bagi hubungan Indonesia-MalaysiaHingga kini, Alex masih menjabat sebagai anggota EPG (eminent person group) Indonesia-Malaysia, yang bertugas untuk membuat program aksi antar masyarakat.

Hadir di rumah duka, pejabat-pejabat kabinet Indonesia bersatu, mantan-mantan pejabat di masa Orde Baru serta sanak keluargaRatusan bunga duka menghiasi rumah serta pekarangan tetangganyaAlmarhum rencananya bakal diberangkatkan dari rumah duka pukul 08.00 WIB untuk dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata pada pukul 09.00.

Ali Alatas memulai kariernya di Departemen Luar Negeri pada tahun 1956 setelah menyelesaikan pendidikan pada Akademi Dinas Luar Negeri (ADLN) dan Fakultas Hukum Universitas IndonesiaPenempatannya sebagai diplomat pada KBRI Bangkok (1956-1960) dan KBRI Washington, DC (1966-1970), sebelum kemudian diangkat sebagai Juru Bicara Deplu dan Kepala Sekretariat Menteri Luar Negeri pada masa Menteri Luar Negeri Adam Malik (1970-

Setelah menjabat Kepala Sekretariat Menteri Luar Negeri, beliau memangku jabatan sebagai Duta Besar/Wakil Tetap RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa (1976-1978) dimana beliau telah berperan aktif sebagai juru bicara negara-negara berkembang dalam konteks perundingan mengenai menciptakan tatanan ekonomi dunia yang baru

Sebelum menjabat sebagai Duta Besar/Wakil Tetap RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York (1982-1988) beliau adalah Sekretaris Eksekutif Wakil Presiden Indonesia (1978-1982)Dalam menjalankan tugas profesinya beliau dikenal luas sebagai diplomat ulung dan negosiator yang tangguh pada berbagai isu, baik isu keamanan dan perdamaian serta ekonomi internasional

Alex dinilai memainkan peranan kunci dalam upaya penyelesaian berbagai konflik seperti konflik di Kamboja melalui Jakarta Informal Meeting (JIM) yang berujung pada Perjanjian Paris 1990, penyelesaian konflik di Filipina Selatan, melalui perundingan formal (Formal Peace Talks) antara Moro National Liberation Front (MNLF) dan Pemerintah Filipina dari tahun 1993-1996 yang berujung pada Manila Peace Agreement (1996) dan juga mengenai masalah Timor Timur (1983-1999) melalui proses Tripartite Dialogue di bawah Sekretaris Jenderal PBB.

Ali Alatas merupakan seorang tokoh dan pelaku sejarah dalam proses pembentukan dan penguatan kerjasama ASEAN, sejak pembentukan ASEAN di tahun 1967Ketokohannya dalam menjalankan kerjasama antar negara berkembang melalui Gerakan Non-Blok, G-77, OKI, G-15, dan lainnya diakui secara luas

Posisi penting lainnya yang pernah dijabat beliau adalah UN Secretary General Special Envoy for UN Reform (April-Desember 2005), anggota UN High Level Group on the Alliance of Civilization (Agustus 2005-November 2006) dan anggota Advisory High Panel on Review of the Charter of the Organization of the Islamic Conference (OIC) dari Desember 2005 hingga Desember 2006.


Emil : Sampai Bertemu di Jakarta

Salah satu tokoh yang dikenal dengan Alex adalah Emil Salim, mantan Meneg KLH saat OrbaEmil yang kemarin tiba sejak sore dirumah kediaman menceritakan saat-saat terakhirnya saat menjenguk Ali Alatas di Singapura, Jum’at (5/12)

Saat itu, kenangnya, Alex terlihat sehat dan bisa berdialog dengan pembesuknyaSetiap kali ditanya, meski terbata-bata, diplomat kelas dunia itu menjawab pertanyaanya.“Bahkan, ketika minggu (7/12) saya menyempatkan diri menghubungi diaSaya sangat optimistis dengan kondisi kesehatannyaDia sangat sehatSaya bilang, sampai bertemu di Jakarta,” ingatnya.

Oleh karena itu, Emil menilai bahwa semua pihak yang mendengar kabar meninggalnya Alex terkejut dan kaget“Kita semua kaget karena mengetahui kondisi terakhir yang sangat fit tersebut,” imbuh pira yang rambutnya sudah memutih tersebut.   

Ditanya mengenai jasa-jasa Alex, Emil mengatakan bahwa yang tidak semua orang tahu adalah bahwa rekannya tersebut merupakan salah satu pengagas commodity fund pada 1980-an akhir yang perannya vital bagi negara berkembang“Saat itu harga komoditas fluktuatif, untuk menstabilkan hal itu digagaslah commodity fund tersebutIni akhirnya berjalan dan terbukti berhasil,” ungkapnya.   

SBY Sempat Syok

Kabar meninggalnya Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Ali Alatas membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedih dan syokSBY mendapat  laporan di tengah perjalanan dari Nusa Dua menuju Bandara Ngurah Rai

Juru Bicara Presiden Dino Patti Djalal mengatakan presiden benar-benar kehilangan atas berpulangnya mantan menteri luar negeri itu’’Hari ini hari berkabung bagi kita semua,” kata Dino Patti Djalal di Kantor Presiden, Kamis (11/12)Sebelum memulai sidang kabinet terbatas di kantor presiden, SBY mengajak Wakil Presiden Jusuf Kalla dan para menteri untuk berdiri sejenak mengheningkan cipta dan berdoa untuk Ali AlatasSBY mengajak para menteri untuk meneladani sosok Alex—sapaan Ali Alatas.

Menurut Dino, beberapa waktu lalu, presiden sempat membesuk Ali Alatas di SingapuraSaat dijenguk SBY, kata Dino, kondisi Ali Alatas sudah membaik’’Sudah masuk proses penyembuhan dan bahkan sudah ada rencana mau pulang 17 DesemberJadi waktu itu kesan Presiden, beliau sudah membaik kondisinya,” kata Dino

Dalam penerbangan pesawat kepresidenan dari  Denpasar ke Jakarta pagi kemarin, menurut Dino, terasa sekali suasana berkabung yang amat sangatSeluruh delegasi diam dan termenungSBY dan rombongan masih belum percaya, diplomat ulung itu telah tiada”Beliau bukan hanya diplomat biasa, tapi juga seorang negarawan,’’ kata Dino. 

Ali Alatas juga  memiliki bintang Adi Mahaprana dan juga bintang Republik Indonesia UtamaDengan dua bintang tersebut Ali Alatas berhak dimakamkan di TMP Kalibata dengan upacara militerRencananya pemakaman akan dilangsungkan pagi ini, dipimpin langsung oleh SBYAli Alatas sudah hampir dua pekan dirawat di RS Mount Elizabeth, Singapura, setelah sempat mengalami kritis di JakartaDiduga Ali Alatas mengalami serangan jantungLalu diterbangkan secara khusus ke Singapura untuk mendapatkan

SBY sangat menghormati sosok Ali AlatasHubungan keduanya sudah terjalin cukup lamaDulu ketika masih di TNI dan menjadi menteri, menurut Dino,  SBY memandang Ali Alatas sebagai diplomat ulung dan seorang yang dihormati masyarakat internasionalAli Alatas disegani dan selalu memberikan yang terbaik sampai akhir hayatnya’’Selama menjadi wantimpres bidang luar negeri, beliau selalu memberi masukan-masukan secara jujur, apa adanya, berbobot dan mengutamakan kepentingan nasional,” kata Dino

Dari catatan Dino, Ali Alatas sudah 30 tahun menjadi diplomatBeberapa prestasi monumentalnya adalah bersama Prancis menyelesaikan konflik Kamboja yang berdarahMeski peran Ali Alatas lebih dominan, yang meraih kredit poin justru PrancisAli Alatas, kata Dino,  juga berjasa menyelesaikan perdamaian di MoroSelama kepemimpinan Ali Alatas, Indonesia dipandang sebagai negara yang memainkan peran kepemimpinan di ASEANPada era Ali Alatas menjadi menlu, ASEAN yang semula beranggotakan enam negara bertambah menjadi 10 negara. (iw/tom)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bisnis Properti Tetap Bagus


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler