Animo Kursus Membatik Meningkat

Minggu, 18 Oktober 2009 – 16:27 WIB

JAKARTA – Diakuinya batik sebagai salah satu warisan dunia oleh UNESCO awal bulan ini, ternyata memberikan dampak positif, khususnya perajin batik tanah airBagi mereka yang menggeluti usaha ini, dan masih mempertahankan pola batik tulis, kini ada kesempatan baru mengembangkan usaha di bidang jasa pelatihan membatik

BACA JUGA: Pertamina Beriklan, KPPU Kelabakan

Usaha turunan dari aktivitas membatik ini kini sedang menjadi tren baru di kalangan pembatik
Paling tidak saat ini sudah mulai tumbuh berbagai lembaga pendidikan yang menjadikan kegiatan membatik sebagai salah satu sarana pendidikannya

BACA JUGA: Industri Kreatif Butuh Modal Ventura



Hal semacam itu terlihat di Hall A Jakarta Convention Center (JCC) selama dilaksanakannya Festival Kejarinan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Nasional yang dihelat pada 14 Oktober hingga 18 Oktober 2009
Puluhan alat membatik diperagakan, mulai dari kompor untuk memanaskan cawan dengan tinta berbahan lilin, canting yang berfungsi untuk meyalurkan tinta ke kain putih yang sudah disediakan

BACA JUGA: RI Butuh Dana Investasi Rp 2.910 Triliun



Penggagas kegiatan ini adalah Siswaya, dari Batik Tradisiku, BogorDemo dan eksibisi ini memang difungsikan untuk mengenalkan proses membatik kepada masyarakat yang hadir di JCCLokasinya yang berada di beranda depan, menjadikan aktivitas ini banyak diminati pengunjungSelain tidak dipungut biaya, masyakat juga bisa mempelajari proses membuat kain batik tulis

“Sebenarnya ini tidak pernah terencanakan dari awal saya mendirikan perusahaan iniMungkin dulu orang selalu berpikir membatik hanya ada di Jogja dan Solo, tapi sekarang di Bogor pun bisa,” ucap Siswaya yang mengaku memulai usaha membatik sejak Februari 2008 ini.

Ia mengaku jika proses usaha sampingan didapatkannya setelah banyaknya permintaan dari sekolah-sekolah untuk memberikan pelajaran kepada siswa didiknya tentang praktik membatikSetelah dinilai permintaan kian meningkat, Siswaya mulai berpikir mengembangkan pengajaran membatik, selain tetap mempertahankan aktivitas produksi batiknya“Sekarang bahkan ada yang menjadikan kegiatan seperti ini masuk dalam aktivitas out bound,” ujar Siswaya yang mengaku belum bisa menaksir besaran keuntungan jika ia membuka aktivitas pembelajaran batik tersebut.

Kesempatan langka belajar, atau yang lebih tepat dikatakan mencoba, membatik ini diakui salah satu pengunjung, Deby, sebagai kegiatan positifBersama dua anaknya, Deby mencoba menggoreskan ujung canting ke atas kain, yang ternyata dinilainya lebih sulit dari yang dibayangkan“Ternyata sulitJadi mengerti kenapa harga batik tulis jauh lebih mahal dari yang berasal dari sablonan,” ucapnya.

Deby mengakui sisi positif dari kegiatan ini selain mengajak anaknya belajar membatik juga menjadikan anak-anaknya mengenal khasanah warisan nenek moyang“Sangat bagusKegiatan ini bisa dijadikan sarana bermain sambil belajar bagi anak-anak,” ucapnya(obi/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Momentum Benahi Pariwisata Sumbar


Redaktur : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler