jpnn.com - Lebaran bukan momen politik. Namun, menjelang Lebaran ini suasana political race atau balapan politik di antara para bakal capres begitu terasa.
Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mendapatkan dorongan baru dari Presiden Jokowi setelah elektabilitasnya jeblok karena dampak pembatalan Piala Dunia U-20. Jokowi seharian menggandeng Ganjar saat kunjungan kerjanya di Jateng beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: Jokowi, Memang Sakti atau Bebek Lumpuh?
Seolah tidak mau kalah, Erick Thohir yang ikut babak belur karenat pembatalan Piala Dunia U-20 juga berusaha keras untuk bounce back memperbaiki elektabilitasnya. Erick juga menempel Presiden Jokowi dalam acara bagi-bagi sembako kepada pengemudi ojol di depan Istana Negara, Kamis (13/4).
Pada 10 hari terakhir Ramadan menjelang Lebaran, kegiatan makin padat dan ramai. Di banyak masjid terdapat orang-orang ramai melaksanakan iktikaf untuk berburu Lailatulqadar.
BACA JUGA: Piala Dunia dan Mafia Sepak Bola
Di banyak mal dan pasar, orang ramai belanja berburu diskon. Di tempat lain para politisi sibuk berburu momentum untuk meningkatkan popularitas dan mendongkrak elektabilitas.
Ganjar dan Erick juga memanfaatkan momentum ini. Dua politikus itu sama-sama babak belur dan berusaha keras mengembalikan elektabilitas.
BACA JUGA: Indonesia sebagai Benteng Terakhir Palestina
Sepertinya Ganjar akan memakai momen mudik Lebaran untuk menunjukkan kinerjanya yang baik sekaligus memperbaiki citranya yang sempat melorot. Sebagai kepala daerah di provinsi yang akan menerima jumlah pemudik paling banyak, Ganjar punya kesempatan bagus untuk unjuk diri dan kinerja.
Erick Thohir sebagai menteri BUMN tidak punya kaitan langsung dengan mudik. Namun, Erick tentu tidak akan membiarkan momen Lebaran berlalu begitu saja.
Erick pun memanfaatkannya dengan ikut mendampingi Jokowi membagi-bagikan parsel sembako kepada pengemudi ojol.
Setelah Ganjar mendapat endorsement dengan mendampingi Jokowi seharian dalam kunjungan ke Jawa Tengah, Erick mencari-cari kesempatan untuk mendapatkan dukungan tipis-tipis. Oleh karena itu, momen bagi-bagi parsel sembako itu dimanfaatkan oleh Erick untuk promosi diri.
Kubu Ganjar terlihat sangat serius berbenah untuk mengembalikan elektabilitas. Salah satunya dengan membuat manuver berani dengan meniupkan kabar bahwa Ganjar sudah mengantongi tiket pencapresan dari PDIP.
Katanya, Ganjar mendapat reward berupa tiket capres dari dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Reward itu sebagai ganjaran setelah Ganjar terbukti lulus dalam uji kesetiaan.
Kabar yang berembus menyebut langkah Ganjar menyuarakan penolakan terhadap Timnas Israel pada Piala Dunia U-20 sudah membuktikan bahwa dia tetap tegak lurus terhadap perintah partai.
Ganjar disebut sudah berhasil melewati ujian kesetiaan, dan segera diganjar dengan diberi tiket pencapresan. Kabarnya tiket itu segera diserahkan kepada Ganjar dalam waktu dekat.
Ternyata isu ini malah membuat PDIP tidak nyaman. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto berang oleh isu ini.
Kabarnya isu ini disebar oleh mantan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo yang dikenal sebagai pendukung fanatik Ganjar Pranowo. Gegara isu itu pula Rudy -panggilan akrabnya- sampai dimarahi oleh Hasto.
Bagaimana dengan Anies Baswedan yang menjadi kandidat capres dari Koalisi Perubahan?
Anies menjalani bulan suci ini untuk program pribadi yang disebutnya ’Tirakat Ramadan’. Ini merupakan program pribadi yang tidak ada hubungannya dengan partai.
Selama dua minggu sejak hari ke-10 Ramadan, Anies mengadakan road show senyap berkeliling ke beberapa daerah. Dia menyebutnya sebagai tirakat karena selama road show itu berusaha keras untuk tirakat bicara dan lebih banyak mendengar.
Selama ini, Anies dalam berbagai kegiatan lebih sering diminta untuk berbicara. Kali ini, selama dua minggu, mantan gubernur DKI Jakarta itu puasa bicara dan lebih banyak mendengar.
Road show ala Anies itu tidak dirancang dengan schedule yang terperinci. Anies berjalan sesuai dengan keinginannya.
Ketika muncul keinginan untuk berhenti dan mampir kepada seseorang, Anies pun melakukannya. Dia memulai perjalanan dari Surabaya, kemudian ke Bangil dan Pasuruan.
Setelah itu, Anies bergerak ke Tuban dan kemudian menyusuri pantai utara Jawa. Anies mampir ke Pesantren Langitan, lalu melanjutkan perjalanannya menemui beberapa kiai dan ulama.
Di daerah Demak, Anies berhenti di pinggir jalan dan menemui warga yang rumahnya terendam rob. Anies berdialog dengan warga dan mendengarkan keluh kesah mereka.
Dari dialog ini banyak terungkap hal-hal kecil yang penting tetapi selama ini tidak terungkap di publik.
Anies juga bertemu dengan ulama di Demak. Ketika hendak melanjutkan perjalanan, Anies diingatkan supaya tidak melewati Kudus.
Anies pun menurut dan mengubah rute supaya tidak melewati Kota Kudus. Anies tidak bertanya mengapa tidak boleh lewat Kudus.
Setiap kali mendapatkan nasihat dari orang alim, Anies memilih sami’na wa atha’na, mendengar dan mematuhi.
Perjalanan berlanjut ke Wonosobo dan Temanggung. Dalam perjalanan, Anies mampir ke warung pinggir jalan karena waktunya berbuka puasa.
Warung itu cukup ramai dan Anies duduk di sebuah kursi. Kebetulan di sebelah Anies ada pasangan suami-istri yang memakai kaus bergambar Ganjar Pranowo.
Anies tidak sempat menyapa pasangan itu. Setelah makan, pasangan itu berlalu.
Di sepanjang perjalanan, Anies mampir untuk berziarah ke makam Sarwo Edie Wibowo, makam Jenderal Sudirman, dan makam Ki Ronggo Warsito. Anies berziarah ke makam Bung Karno di Blitar dan mengunjungi dalang senior Ki Sukron Suwondo. Anies kemudian bergerak ke Kediri dan Mojokerto.
Etape terakhir road show Anis ialah wilayah Mataraman. Anies mengunjungi beberapa tempat di Madiun dan Ponorogo.
Anies seperti pulang kampung karena dia baru membeli sebuah rumah joglo tua di Desa Tegalsari, Jetis, Ponorogo. Masyarakat setempat menyebut bangunan bersejarah abad ke-18 itu sebagai ’Ngguron’ yang berasal dari kata perguruan.
Anies mengumpulkan warga kampung dan mengadakan syukuran kecil rumah barunya. Kepada warga sekitar, Anies mengatakan akan mengembalikan rumah itu pada fungsi awalnya sebagai ‘ngguron’.
Rumah itu akan dijadikan pusat pendidikan dan pengajaran serta pengembangan budaya dan agama.
Malam harinya Anies mengikuti iktikaf di Masjid Jami Tegalsari yang bersejarah. Masjid ini dibangun di awal abad ke-19 oleh ulama besar Kiai Mohammad Besari.
Karena bertepatan dengan malam ke-23 dan malam Jumat Kliwon, ribuan jemaah hadir untuk iktikaf. Diperkirakan sekitar 6 ribu jamaah mengikuti acara itu.
Anies melaksanakan iktikaf dengan khusyuk di tengah malam sampai dini hari.
Anies mengakhiri rangkaian road show menuju Yogyakarta melewati Pacitan dan menyusuri pantai selatan. Tirakat Ramadan diselesaikan dengan senyap tanpa gaduh dan tanpa publikasi.(***)
Yuk, Simak Juga Video ini!
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kakak Besar dan The Golden Boy
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi