Antara Karpet Merah untuk Sapi Kiriman Jokowi dan 'Sapi Politik' dari Dewi Perssik

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Jumat, 30 Juni 2023 – 18:24 WIB
Biduan dangdut Dewi Perssik. Foto: arsip JPNN.com

jpnn.com - Beberapa hari ini sapi menjadi viral dan trending topic. Bersamaan dengan pelaksanaan Iduladha tahun ini, ada dua berita heboh yang berhubungan dengan sapi sebagai hewan kurban.

Berita pertama yang menghebohkan ialah soal sapi kurban milik pedangdut Dewi Perssik yang membuatnya ribut dengan ketua RT di tempatnya tinggal. Berita kedua yang menghebohkan adalah sapi kurban dari Presiden RI yang disambut dengan karpet merah di Jawa Timur.

BACA JUGA: Pantun Politik Butet dan Hasto

Jokowi mengirimkan satu ekor sapi kurban seberat 1,15 ton ke Masjid Nasional Al Akbar Surabaya menjelang Iduladha. Sapi itu tiba dengan disambut karpet merah.

Sapi tersebut kemudian digiring ke tempat khusus penyimpanan hewan kurban yang berada di halaman samping masjid. Sapi dari Presiden Ketujuh RI itu berjenis limosin. 

BACA JUGA: Puan, AHY, dan Mimpi SBY

Sapi ini dibeli dari peternak bernama Bahrowi Yahya, asal Desa Sumbersuko, Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Sapi berwarna cokelat itu memiliki tinggi gumba 159 sentimeter, sedangkan panjang badannya 190 sentimeter dengan lingkar dada 250 sentimeter.??

BACA JUGA: Antara People Power dan Oke Ganti Baru

Ternyata tidak sembarang sapi yang bisa lolos menjadi hewan kurban pilihan Jokowi. Kalau di dunia hiburan ada Indonesia Idol, maka di dunia persapian ada Indonesian Sapi Idol. 

Ada audisi yang harus diikuti dari tingkat kabupaten sampai tingkat provinsi di masing-masing daerah. Setelah lolos seleksi dan menang audisi, sapi itu terpilih secara nasional untuk dibeli Jokowi.

Kontesnya pun berlangsung ketat dengan kandidat yang jumlahnya cukup banyak. Ada juri dari dinas peternakan dan kesehatan hewan yang melakukan seleksi secara ketat.

Kebersihan, kesehatan, dan perawatan sapi diperiksa secara teliti. Sapi-sapi yang disumbangkan ke 38 provinsi itu diberi nama-nama tersendiri. Ada Gesbi, Bawor, Mosn, Black Boss, dan ada juga yang diberi nama Sutrisno.

Yang membuat heboh ialah prosesi penyambutan sapi dengan karpet merah. Netizen berkomentar riuh rendah.

Ada yang menganggap prosesi itu berlebihan, bahkan mempertanyakan apakah uang yang dipakai membeli sapi itu duit pribadi Jokowi atau bukan. Namanya juga netizen, selalu saja ada komentar kritis atas berbagai hal.

Di tempat lain, sapi milik Dewi Perssik memunculkan kehebohan di media sosial, bahkan berbuntut menjadi isu politik. Dewi Perssik sering viral di media sosial.

Ia pernah menikah dengan pedangdut Saipul Jamil, lalu bercerai. Ia menikah lagi dengan selebritas Aldi Taher, lalu bercerai juga.

Sekarang Dewi Perssik menjadi viral. Kali ini karena sapinya untuk hewan kurban membuatnya ribut dengan ketua RT.

Dewi Perssik membuat unggahan ke akunnya di media sosial yang berisi soal sumbangan sapi untuk kurban yang ditolak oleh ketua RT di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Dengan logat Madura yang kental dan sesekali memakai ungkapan Madura, Dewi Perssik mengatakan bahwa ketua RT di tempatnya tidak bersedia menerima bantuan sapi kurban. Alasannya ialah warga di RT tersebut tidak butuh bantuan.

Dewi Perssik menambahkan ketua RT itu meminta uang Rp 100 juta darinya. Dia berang dan menolak permintaan itu, bahkan sempat mengeluarkan ancaman bahwa jika sampai terjadi apa-apa dengan dirinya maupun rumahnya, ketua RT itulah yang harus bertanggung jawab.

Kedua pihak kemudian dipanggil untuk mediasi dan klarifikasi. Namun, yang terjadi bukan rekonsiliasi.

Video yang beredar memperlihatkan Dewi Perssik berteriak-teriak histeris dan walk out dari ruang mediasi di masjid setempat. Ternyata Dewi merasa kecewa karena dalam mediasi itu ia mengaku dibentak oleh si ketua RT.

Syahdan, ketua RT itu menyampaikan klarifikasi dan membeber kronologi kejadiannya. Menurut dia, Dewi Perssik akan berkurban di masjid setempat, tetapi kemudian akan menarik kembali sapinya.

Dewi Perssik mengaku hanya menitipkan sapi kurban yang ia beli di Brebes kepada seorang ustaz di lingkungan setempat.  Nantinya, sapi itu akan diambil lagi dan disembelih di tempat lain.

Setelah disembelih dan dipotong-potong, daging sapi itu akan dibagikan lagi kepada warga setempat. Dewi Perssik minta ketua RT untuk mengirim kembali sapi itu ke sebuah tempat dan memberinya ongkos.

Namun, si ketua RT menolak karena tidak punya keahlian untuk memindahkan sapi yang berbobot berat. Soal duit yang dianggap pungli, ketua RT itu mengatakan biaya tersebut dipakai untuk ongkos potong dan distribusi.

Adapun soal angka Rp 100 juta, ketua RT itu menyebut konteksnya bukan ia meminta uang sebanyak itu.  Ia mengatakan tidak bersedia dimintai tolong untuk mengirim kembali sapi itu kendati dikasih Rp 100 juta.
Dari cerita yang makin heboh ini muncul isu politik yang berkaitan dengan Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.

Dalam unggahan terpisah di medsos, Dewi Perssik mengatakan bahwa sapi itu akan dikelola oleh "Sahabat Ganjar" dan disembelih di tempat lain untuk dibagikan kepada warga di sekitar rumah biduanita tersebut.

Dalam keterangannya kepada media, ketua RT itu mengaku kenal dengan Anies Baswedan, bahkan tersirat bahwa ia kenal dekat. Namun, ketua RT itu menegaskan masalah tersebut tidak ada hubungan dengan pilpres.

Ketua RT mengaku berpegang pada nasihat Anies supaya tidak mencampur urusan masjid dengan politik.

Di sisi lain, Dewi Perssik mengaku tidak mau terlibat soal politik yang katanya cuma bikin ruwet. Ketika ditanya apakah polemik sapi kurban ini ada kaitannya dengan politik, Dewi Perssik mengatakan bahwa dia tidak mengerti urusan politik.

Meski demikian, dengan Dewi Perssik menyebut Sahabat Ganjar yang akan mengelola sapi kurban saja bisa terungkap bahwa ada bau politik di balik masalah itu.

Konstruksinya bisa digambarkan sebagai berikut: Sahabat Ganjar meminta Dewi Perssik menarik sapinya dari masjid setempat yang dianggap pro-Anies. Oleh karena itu, sapi tersebut kemudian ditarik dan akan disembelih di tempat lain.

Setelah itu, daging sapi akan dibagikan kepada warga di tempat tinggal Dewi Perssik. Upaya Dewi Perssik untuk meminta daftar warga ditolak karena dianggap ada unsur politik.

Si ketua RT yang bernama Malkan juga membantah ada isu politik. Siapa pun yang berniat membantu akan diterima.

‘Jin Iprit’ yang mau kasih sapi akan diterima. Begitu ungkapan khas Betawi dari Malkan.

Mediasi yang dilakukan di Masjid Babul Khoirot Lebak Bulus Selatan tidak membawa hasil. Dewi Persik walk out dan berteriak-teriak histeris.

Ini insiden kecil yang tampaknya akan sering terjadi lagi dalam bentuk dan skala yang berbeda. Perbedaan pilihan politik menjelang pilpres akan menimbulkan friksi di lingkungan masyarakat.

Insiden semacam ini akan digoreng menjadi isu serius karena dibumbui dengan isu lama tentang ’ayat dan mayat’.

Tampaknya, lima tahun belum cukup untuk benar-benar membersihkan polarisasi lama dalam pilgub DKI 2017. Masih banyak yang belum bisa move on dan berusaha mencari-cari kesempatan untuk melakukan political vendetta atau balas dendam politik.(***)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jurus Kaesang, Serius atau Prank?


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler