Membuka lebih susah daripada menutup. Itulah yang terjadi dengan kemungkinan pembukaan kembali sekolah di Australia saat kasus positif corona di negara ini semakin menurun.

Kebijakan yang ada yang datang dari pemerintah Federal Australia, namun tidak sama di tiap negara bagian sehingga menimbulkan kebingungan dan kontroversi.

BACA JUGA: Finlandia Gunakan Air Limbah untuk Lacak Penyebaran Virus Corona

Sebagai negara federal, pemerintah pusat di Canberra menerapkan kebijakan secara nasional, namum dalam penerapannya masing-masing negara bagian bisa mengambil keputusan sendiri.

Sejak Australia menerapkan pembatasan pergerakan orang, sekolah-sekolah di Australia diliburkan karena bersamaan dengan liburan Paskah yang berlangsung selama dua minggu.

BACA JUGA: Aku Peduli Ajak Masyarakat Sebarkan Virus Kebaikan

Masing-masing negara bagian juga memiliki jadwal liburan Paskah yang berbeda dan sejak itu mereka mengeluarkan keputusan yang berbeda kapan dan bagaimana sekolah akan menyelenggarakan kegiatan belajar.

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison sudah berulang kali mengatakan kegiatan belajar dimana murid-murid berada secara fisik di sekolah adalah kegiatan yang aman dilakukan, karena tingkat penyebaran virus corona di kalangan anak-anak sangat rendah.

BACA JUGA: Lockdown Corona Bikin Miskin, Pemerintah Delhi Naikkan Harga Bensin

Saat ini murid sekolah di Australia belajar pada Kwartal Kedua yang berlangsung dari 13 April sampai sekitar 3 Juli 2020.

Lantas bagaimana rekasi dari sekolah, termasuk guru-guru asal Indonesia di Australia mengenai kebijakan tiap negara yang berbeda? Pengalaman guru asal Indonesia di tengah pandemi di Australia Photo: Rina Prestiana sekarang mengajar di Marist College di Bendigo, Victoria (Foto: Supplied)

 

Rina Prestiana adalah guru asal Indonesia yang sekarang mengajar bahasa Indonesia untuk kelas 7,8,9 di Marist College di Bendigo, yang letaknya sekitar 153 km dari Melbourne.

Dia mengajar di sekolah tersebut sejak tahun 2019, setelah sebelumnya mengajar di Wallan Secondary College yang terletak sekitar 62 km dari Melbourne, sejak 2008.

Sejak adanya pendemi COVID-19, Rina hanya ke sekolah sehari seminggu untuk mengawasi murid-murid yang belajar di Marist College.

"Kami sejauh ini mengikuti keputusan sekolah saja. Setelah kerja dari rumah, datang ke sekolah sehari menyenangkan juga karena ada perubahan suasana, saya bisa berinteraksi langsung dengan siswa," kata Rina dalam percakapan dengan wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya.

Rina mengatakan dia sebenarnya lebih suka untuk mengajar dengan tatap muka, namun dalam keadaan sekarang dia mendukung kebijakan di Victoria untuk tetap membuat murid-murid belajar dari rumah.

"Saya lebih kawatir kalau sekolah dimulai kembali sebelum situasi ini pulih sempurna."

"Saya ingin sekolah mulai saat semua aman. ..di semua daerah." kata Rina.

"Saat ini interaksi saya hanya dengan sejumlah siswa yang terpaksa harus berada di sekolah, interaksi saat berada di sekolah tetap mengedepankan social distancing … kami harus cuci tangan setiap masuk dan keluar ruang …di kantor staff juga begitu," katanya lagi.

Menurut Rina Prestiana, memberi pelajaran lewat online bagi murid-murid juga sebenarnya tidak ideal.

"Kurang ada kepuasan dalam mengajar. Saya belum bisa menerangkan secara maksimal, tidak ada waktu untuk menilai hari kerja murid dan kemudian memberikan masukan kepada mereka," kata Rina yang lulus dari Universitas Negeri Yogyakarta ini.

Walau sekarang proses belajar mengajar online sudah membaik, Rina mengalami banyak masalah di minggu-minggu awal.

"Kendalanya di awal awal minggu banyak yang bingung, waktu tersita untuk menjelaskan … sekarang sudah lumayan … karena kebanyakan murid sudah terbiasa dengan prosesnya," tambah Rina.

Sekarang menurut Rina, keadaan sudah lebih baik dalam hal pengajaran.

"Dua minggu pertama sulit sekali. Kadang merasa kita hari ini tidak mencapai apa apa. Hanya kirim email seharian, mulai sebelum jam 8 … selesai kadang malam".

"Sekarang sudah bisa bagi waktu, sudah punya sistem yang lebih baik karena belajar dari kesalahan di minggu awal." Susah menerapkan social distancing di sekolah Photo: Christin Anggrahini mengajar di NSW School of Languages di Sydney. (Foto: Supplied)

 

Christin Anggrahini di Sydney menjadi guru bahasa Indonesia di NSW School of Languages, sekolah jarak jauh bagi murid yang ingin belajar bahasa.

"Sebelumnya, kami mengajar bahasa asing lewat internet dan telepon dari sekolah kami."

"Siswa yang belajar bahasa asing dengan kami melakukan pembelajarannya di sekolahnya masing-masing. Mereka menelepon kami untuk praktek bicara dari sekolah masing-masing," kata Christin kepada ABC Indonesia.

Setelah pandemi COVID-19 bertambah buruk, menurut Christin, guru-guru di sekolahnya diberikan kebebasan untuk mengajar online dari rumahnya atau tetap masuk ke sekolah.

"Siswa yang belajar dengan kami, sebelum pandemi, harus datang ke sekolah kami untuk pembelajaran intensif sehari dalam satu kwartal," katanya.

"Dengan adanya COVID-19, kelas intensif digantikan dengan kelas lewat zoom."

Sekarang di NSW, Premier Gladys Berejeklian mengatakan bahwa sekolah akan dimulai lagi hari Senin (11/5).

"Guru-guru di sekolah kami harus mengajar dari sekolah lagi. Kecuali mereka yang rentan mendapatkan dampak buruk COVID-19," katanya.

Dengan dimulainya kembali sekolah, Christin mengatakan khawatir kemungkinan tertular virus.

"Ada beberapa kelas yang siswanya sedikit sehingga bisa menjalankan jaga jarak. Tapi, banyak juga kelas yang jumlah siswanya 25-30 siswa."

"Tidak ada satupun ruang kelas kami yang cukup besar untuk menampung 30 siswa sambil jaga jarak," katanya.

Menurut Christin, bukan kemungkinan tertular virus di sekolah saja yang dikhawatirkannya.

"Kekhawatiran ada kemungkinan kena virus dari perjalanan dari dan ke sekolah, terutama yang memakai transportasi umum. juga, penularannya antara para guru di sekolah." kata Christin lagi. Pandemi virus corona
Ikuti laporan terkini terkait virus corona dari Australia dalam Bahasa Indonesia.

  Tiap negara bagian menerapkan kebijakan berbeda

PM Morrison sudah menyampaikan imbauan agar murid-murid sudah kembali ke kelas masing-masing di bulan Juni.

Walau kegiatan belajar sudah dilangsungkan, namun sebagian besar murid masih belajar dari rumah masing-masing.

Di negara bagian Victoria, misalnya, Kepala negara bagian atau Premier Daniel Andrews mengatakan sejauh ini murid-murid akan terus belajar dari rumah selama Kwartal Kedua.

Kebijakan Daniel Andrews sempat menimbulkan 'keributan' ketika Menteri Pendidikan Australia, Daniel Tehan, hari Minggu menuduh Daniel "keterlaluan" dengan tidak mau membuka sekolah.

Pernyataan itu kemudian ditarik kembali beberapa jam kemudian, namun sudah terlanjur menunjukkan rasa frustrasi yang diperlihatkan pemerintah Federal atas sikap negara bagian.

Di negara bagian Victoria, saat ini 97 persen murid sekolah negeri belajar dari rumah.

Pemerintah negara bagian mengatakan "seluruh murid yang bisa belajar dari rumah harus melakukannya dari rumah", namun murid yang tidak bisa belajar dari rumah boleh ke sekolah.

Daniel mengatakan dia 'terbuka' dengan kemungkinan murid kembali ke sekolah mulai kwartal ketiga yang dimulai 13 Juli. Photo: Murid kelas 1 sekolah negeri di NSW akan kembali ke kelas mulai hari Senin (11/5). (ABC News: Fred Hooper)

 

Negara bagian besar lainnya, seperti New South Wales (NSW) dan Queensland hari Senin (4/5/2020) mengumumkan sekola akan dibuka lagi secara bertahap.

Di NSW, murid akan pergi ke sekolah satu hari dalam seminggu, mulai 11 Mei, yaitu minggu ketiga di kwartal kedua ini.

Premier NSW Gladys Berejeklian mengatakan mulai minggu depan, murid Kelas 12 (yang akan menjalani ujian akhir SMA di bulan Oktober) akan mendapat prioritas untuk kembali belajar di kelas.

Sementara murid-murid yang lain akan secara bertahap kembali ke kelas, sesuai dengan keadaan penyebaran virus corona di negara bagian tersebut.

Di Queensland, Premier Annastacia Palaszczuk juga mengumumkan mulai 11 mei, murid-murid TK, prep (persiapan untuk kelas 1), kelas 1, kelas 11 dan 12 akan kembali belajar dari sekolah.

Pemerintah negara bagian Queensland akan mengkaji lagi situasinya pada tanggal 15 Mei dan bila semua berjalan sesuai rencana, maka seluruh murid akan kembali ke kelas di akhir bulan.

"Bila tingkat penyebaran tetap rendah, murid dari Kelas 2 sampai Kelas 10 akan kembali ke sekolah mulai 25 Mei," kata Menteri Pendidikan Queensland, Grace Grace.

Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di Australia hanya di ABC Indonesia

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aria Bima Tepis DPR Tidak Peduli Masalah Corona

Berita Terkait