Apakah yang di Luar Daftar 200 Mubalig Tak Boleh Tablig?

Minggu, 20 Mei 2018 – 14:53 WIB
Kerumunan jemaah saat tausiyah Ustaz Abdul Somad di Kaltim. Foto: Paksi Sandang Prabowo/Kaltim Post

jpnn.com, JAKARTA - Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad mengaku tidak tahu bagaimana cara Kementerian Agama menyusun daftar 200 mubalig yang direkomendasikan kepada masyarakat.

(Daftar 200 Mubalih rekomendasi Kemenag)

BACA JUGA: Jika Tembus 200 Ribu Mubalig, Jokowi Bakal Diuntungkan

"Saya tidak tahu apakah Muhammadiyah menyerahkan daftar mubalig atau tidak. Kenyataannya, tidak banyak mubalig yang tercantum di sana," ujar Dadang.

Dia menyatakan, daftar resmi mubalig bisa saja dikeluarkan, tapi harus cermat. Sebab, bisa jadi, banyak penceramah yang diakui masyarakat dan sudah lama malang melintang tapi tidak masuk daftar.

BACA JUGA: Rilis 200 Nama Mubalig Mestinya Didahului Sosialisasi

Dia pun mempertanyakan kelanjutan pengajuan nama mubalig. Apakah nanti ada tes kompetensi sehingga ada yang lulus dan yang tidak?

Selain itu, apakah hanya yang sudah direkomendasi yang boleh melakukan tablig. Sedangkan yang lain tidak bisa. "Pertanyaan-pertanyaan itu harus dijawab tuntas," katanya.

BACA JUGA: Daftar Mubalig Kemenag Bertentangan dengan Semangat Jokowi

Terpisah, Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), Maman Imanulhaq termasuk yang menganggap dirilisnya daftar tersebut tergesa-gesa.

Menurut dia, seharusnya Kemenag tidak perlu mengintervensi sedemikian jauh dalam kehidupan teknis keberagamaan. "Rekomendasi mubalig seharusnya diserahkan saja kepada ormas-ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis, Al-Irsyad, dan lainnya," kata Maman.

Tugas Kemenag, menurut Maman, sebatas memfasilitasi dan menyiapkan panduan umum untuk masyarakat dalam memilih mubalig. Dengan berbekal rekomendasi dari ormas-ormas Islam tersebut, Kemenag bisa memfasilitasi kementerian, lembaga, masjid, maupun institusi lain dalam mencari penceramah untuk kajian keislaman.

Selain itu, Kemenag bisa berkomunikasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) agar bisa menertibkan kajian keagamaan di televisi. Sebab, masih banyak produser program Ramadan yang memiliki pemahaman keagamaan kurang mumpuni.

Dari pengalaman diundang berbagai stasiun televisi, Maman merasakan bahwa para produser kerap menodongkan tema tertentu yang belum tentu mereka pahami kepada penceramah. "Nah, tema tersebut ya mereka dapat dari googling," jelas Maman. (tau/wan/lum/c11/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Apa Ada Gunanya Merilis Daftar 200 Mubalig?


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler