jpnn.com, RIYADH - Kerajaan Arab Saudi berencana mengirimkan dua astronautnya ke ruang angkasa. Satu dari dua astronaut itu adalah perempuan bernama Rayyanah Barnawi.
Antariksawati itu akan menuju Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS) bersama astronaut yang juga rekan senegaranya, Ali Al-Qarni.
BACA JUGA: Ratusan Orang Jadi Astronaut, Baru Sebegini yang Muslim
Kedua astronaut tersebut akan diluncurkan ke ISS pada kuartal kedua 2023.
Kantor berita Saudi Press Agency (SPA) mengabarkan Barnawi dan Al-Qarni akan bergabung dengan kru AX-2 atau misi penerbangan angkasa luar yang dioperasikan perusahaan swasta Axiom Space.
BACA JUGA: Amerika Puas dengan Layanan, Jepang Akhirnya Bisa Kirim Astronaut ke Gateway
“Langkah tersebut bertujuan memberdayakan kapabiltias manusia Saudi dalam penerbangan angkasa luar yang diarahkan untuk melayani kemanusiaan dan mengambil manfaat dari peluang menjanjikan yang ditawarkan industri antariksa,” kabar SPA.
Penerbangan yang akan membawa Rayyanah dan Al-Qarni bakal diluncurkan dari Amerika Serikat (AS). Arab Saudi juga menyiapkan dua astronaut lainnya, yakni Mariam Fardaous dan Ali Al-Gamdi.
BACA JUGA: Setengah Tahun di Antariksa, Tiga Astronaut Tiongkok Sukses Mendarat di Bumi
Foto keempat astronaut itu telah dirilis ke publik. Dalam foto itu, baik Barnawi maupun Mariam terlihat mengenakan kostum astronaut tanpa jilbab maupun kerudung.
Barnawi merupakan ahli sel kanker. Saat ini, dia bekerja sebagai peneliti di King Faisal Specialist Hospital and Research Centre di Riyadh.
Muslimah itu memiliki dua gelar dalam ilmu biomedis dari Universitas Alfaisal di Riyadh dan Universitas Otago, Selandia Baru.
Jika misi itu berhasil, Barnawi memang akan menjadi perempuan pertama Arab Saudi yang menjadi austronaut.
Namun, dia bukanlah muslimah pertama yang menjadi antariksawati. Muslimah pertama yang menjadi austronaut ialah Anousheh Ansari.
Perempuan blasteran Iran - Amerika itu merupakan turis dalam misi Soyuz TMA-19 yang diluncurkan dari Baikonur, Kazakhstan, pada 18 September 2006.
Konon multijutawan itu membayar USD 20 juta demi bisa mengorbit Bumi dan menginjakkan kakinya di ISS.
Negeri Petrodolar itu memiliki lembaga angkasa luar bernama Saudi Space Commission (SCC). Institusi tersebut dipimpin oleh Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi (TI) Arab Saudi Abdullah Al-Swaha.
SCC menggandeng Axiom Space untuk menggarap Program Penerbangan Angkasa Luar Manusia Saudi. Program itu juga untuk mendukung SSC mengeksplorasi antariksa.
Pejabat eksekutif utama atau CEO SSC Mohammed Al-Tamimi pun memuji ikhtiar negerinya dalam penjelajahan antariksa.
“… memungkinkan Kerajaan (Arab Saudi) membuat lankah signifikan di sektor angkasa luar,” ujarnya.
Pemimpin pertama SCC ialah Pangeran Sultan bin Salman. Pada 1985, tokoh ningrat Kerajaan Arab Saudi itu merupakan muslim pertama yang menjadi astronaut.
Pangeran Sultan adalah mantan pilot Angkatan Udara Kerajaan Ara Saudi. Dia menuju angkasa luar bersama misi STS-51-G ang diluncurkan Badan Antariksa dan Penerbangan AS (NASA) pada 17 Juni 1985.(ArabNews/esy/JPNN.com)
Yuk, Simak Juga Video ini!
BACA ARTIKEL LAINNYA... 20 Juli 1969, Momen Pertama Kali Manusia Menginjak Bulan
Redaktur : Antoni
Reporter : Mesyia Muhammad