Argentina, salah satu negara pengekspor daging sapi terbesar di dunia, telah memutuskan untuk menghentikan ekspor produk daging sapi, yang berpotensi menimbulkan kelangkaan daging sapi tanpa lemak.

Negara tersebut mengekspor daging sapi terbanyak ke Tiongkok, dengan pendapatan sebesar $3 miliar dollar Amerika di tahun 2020.

BACA JUGA: Situasi Gaza Memanas, Begini Reaksi Warga Yahudi dan Palestina di Australia

Penghentian ekspor ini menurut perkiraan analis Australia Simon Quilty adalah karena adanya pemilihan umum dalam waktu dekat dan keinginan untuk menurunkan harga daging dalam negeri.

"Argentina mengalami kenaikan harga sapi dan juga inflasi ... jadi pemerintah berada di bawah tekanan padahal mereka ingin mendapatkan suara dukungan dari rakyat di pemilu," katanya.

BACA JUGA: Peneliti Australia Kembangkan Terapi yang Berhasil Matikan Viral Load COVID-19

"Jadi mereka memilih untuk menghentikan ekspor untuk menurunkan harga daging sapi di dalam Argentina."

Presiden Argentina Alberto Fernandez dilaporkan mengatakan kepada asosiasi pengekspor sapi bahwa pemerintah akan menerapkan "langkah darurat" bagi bidang tersebut.

BACA JUGA: Singapura Peringatkan Kerentanan Anak akan Varian Baru COVID, Sekolah akan Ditutup

"Presiden sudah menyampaikan kekhawatirannya mengenai terus melonjaknya harga daging sapi di dalam negeri selama beberapa bulan terakhir," kata sebuah sumber kepada media Bloomberg. Negara mana yang akan mengisi kekosongan?

Argentina mengekspor sekitar 750 ribu ton sapi tahun lalu, dengan 68 persen di antaranya ke Tiongkok.

"[Tiongkok] adalah pasar utama terbesar mereka, di bulan Maret saja, daging sapi Argentina menguasai 22 persen dari pasar keseluruhan di sana," kata Simon Quilty.

"Tanpa adanya ekspor dari Argentina ke Tiongkok, kita bisa mengharapkan respon cepat dari Tiongkok, yang sekarang sangat memerlukan pasokan daging, terutama sapi, dan saya memperkirakan harga dan permintaan dari Tiongkok akan naik."

Simon mengatakan Tiongkok akan menghadapi "tantangan besar" dalam menemukan negara pengganti yang dapat mengisi kekosongan Argentina.

"Ekspor dari Brasil menurun drastis. Ekspor dari Australia juga turun. Mereka mungkin akan mencari dari Amerika Utara namun mereka tidak akan bisa mendapatkan daging yang murah dari Amerika Serikat," katanya.

"Jadi saat ini kemungkinan besar satu-satunya harapan adalah dari Selandia Baru."

Simon mengatakan Argentina sebelumnya sudah pernah melakukan tindakan seperti ini, termasuk larangan ekspor selama 15 hari di tahun 2014, yang menurutnya tidak banyak berdampak ketika itu dalam soal harga daging sapi secara global.

Namun dia mengatakan saat ini pasok daging secara global tidak banyak dan pengumuman ini akan memberikan dampak besar.

"Saya memperkirakan akan ada kekurangan daging sapi secara global selama 12 sampai 24 bulan mendatang," katanya.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News

BACA ARTIKEL LAINNYA... Berjalan Kaki Memanfaatkan Air Laut yang Surut, Ribuan Migran Maroko Tiba di Spanyol

Berita Terkait