jpnn.com, MOSKOW - Presiden Tiongkok Xi Jinping menandatangani 30 perjanjian dengan Rusia pada Rabu (5/6). Dalam penuturan singkatnya, Xi menegaskan betapa eratnya persahabatan dua negara.
"Presiden (Vladimir) Putin adalah teman karib saya. Dalam enam tahun terakhir, kami sudah bertemu 30 kali," ujar Xi dalam jumpa pers usai penandatanganan.
BACA JUGA: Ditolak Warga Inggris, Trump Naik Helikopter ke Istana Buckingham
Xi boleh tersenyum puas. Agence France-Presse melaporkan bahwa Putin menyepakati kontrak pengembangan teknologi 5G dengan Huawei. Dalam berkas tertulis itu disebutkan bahwa perusahaan telekomunikasi Rusia MTS akan menggandeng raksasa teknologi Tiongkok tersebut dalam pilot project 5G tahun depan.
Dukungan Rusia itu menjadi angin segar bagi Tiongkok. Belakangan, rumor yang diembuskan Washington tentang Huawei dan perannya sebagai antek Partai Komunis Tiongkok membuat Beijing repot.
BACA JUGA: Data Medsos Jadi Syarat Masuk AS
Pemerintahan Xi harus berjuang menyelamatkan citra salah satu korporasi terbesar mereka tersebut. Apalagi, AS meminta seluruh sekutunya di Eropa untuk ikut-ikutan memboikot Huawei.
"Tentu kami senang mendengar kabar ini. Kami yakin teknologi 5G Tiongkok akan memimpin pasar global," ujar Guo Ping, salah seorang petinggi Huawei.
BACA JUGA: Yakin Menang Perang Dagang, Tiongkok Beri AS Dua Pilihan
BACA JUGA: Trump Gebuk Huawei, Tiongkok Hajar Petani AS
Di sisi Rusia, Putin mengaku tak keberatan bekerja sama dengan Huawei. Karena sejak awal hubungan Moskow dan Washington tidak pernah mesra, pemimpin 66 tahun itu merasa tidak perlu mengindahkan imbauan AS soal Huawei.
Sebaliknya, Rusia dan Tiongkok justru punya banyak kesamaan. Sama-sama berpaham komunis dan sama-sama dimusuhi AS. Maka, saat AS makin agresif menyudutkan Huawei, Rusia dan Tiongkok justru semakin dekat. "Kami sepakat untuk terus mempererat kerja sama pada masa-masa mendatang," tegas Putin kepada CNN.
Mungkin, itulah alasan utama mengapa Xi menghadiahkan dua panda raksasa ke kebun binatang di Moskow. Xi sepertinya sudah frustrasi menghadapi Trump yang terus menghantam Tiongkok dengan sanksi. Dan, Rusia boleh jadi adalah jawaban bagi mereka.
"Mereka seperti ingin menunjukkan bahwa hubungan dua negara bisa melawan aksi AS yang semena-mena," ujar Willy Lam, dosen di The Chinese University of Hong Kong. (bil/c10/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... OKI Tolak Resolusi Perdamaian Israel - Palestina Bikinan AS
Redaktur & Reporter : Adil