Askobi, Wadah Perjuangan Korban Bom Terorisme di Indonesia

Hilang Dendam, Anggap Keluarga Pengebom Juga Korban

Kamis, 04 Maret 2010 – 01:41 WIB
Ir H Wahyu Adiartono, PhD. Foto : Ridlwan/JAWA POS

Jumlah korban selamat aksi pengeboman di Indonesia sejak 2002-2009 mencapai 570 orangMereka kini punya organisasi yang bisa digunakan sebagai wadah untuk saling bantu

BACA JUGA: Dikira Banyak Duit, Proposal dari Dapil Meningkat

Tak hanya dengan sesama korban, mereka juga merangkul keluarga pengebom.

Ridlwan Habib, Jakarta 

LUKA di tangan kirinya masih tampak jelas
Bekas serpihan benda tajam itu membuat alur khas di lengan hingga sebagian telapak tangannya

BACA JUGA: Sehari Belajar Tujuh Jam, Wisuda Setiap Jumat

"Bekas luka memang masih, tapi rasa dendam sudah tidak ada bekasnya lho," kata Ir H Wahyu Adiartono, PhD kepada Jawa Pos di Menteng Jakarta Selasa (02/03) lalu

    
Wahyu adalah ketua umum Asosiasi Korban Bom Terorisme Indonesia atau disingkat Askobi

BACA JUGA: Warga Tak Punya KTP, Kumpul Kebo pun Biasa

Organisasi ini dideklarasikan di Bali Oktober 2009 dan disahkan secara legal 10 Februari 2010 laluSebagai organisasi, Askobi punya dua kantor, satu di kawasan Duren Tiga, Jakarta dan satu lagi di Kuta, Bali
    
Di sela-sela ngobrol, Wahyu yang juga korban pengeboman Hotel JW Marriott pertama pada 5 Agustus 2003 itu masih sibuk menelpon beberapa orangTerkadang dengan bahasa Inggris yang fasih"Maaf ya Mas, ini masih koordinasi dengan teman-teman," katanya
    
Pekan lalu, Askobi memang punya hajatan cukup besarSelama dua hari ( 27-28/02) mereka berkumpul di Hotel Borobudur untuk kampanye pencegahan aksi terorismeSejumlah narasumber penting dihadirkan, di antaranya mantan pelatih Jamaah Islamiyah Nasir Abbas, pengamat International Crisis Group Sidney Jones, Imam Prasodjo dari Universitas Indonesia, dan diplomat sejumlah negara sahabat

Ratusan anak SMA juga diundang dan bernyanyi bersama para korban dipandu Rian Ekky Pradipta vokalis D'Masiv yang kondang dengan lagu '[Jangan Menyerah'"Sebenarnya keluarga korban juga sudah siap datang, tapi beberapa saat sebelum acara tiba-tiba membatalkan karena ada sesuatu hal," ujar Wahyu

Keluarga pengebom Dani Dwi Permana ( bomber Marriott 17 Juli 2009) melalui sang ibu telah menitipkan pesan"Beliau ingin menyampaikan bahwa anaknya juga korbanDani hanya dijadikan alat oleh kelompok teroris, padahal dia sebenarnya anak yang baik," katanya
    
Menurut Wahyu, para survivor atau korban yang berhasil selamat itu memang sudah memaafkan pelaku"Saya menjamin, teman-teman itu sudah tidak ada dendamYang mereka pikirkan sekarang adalah melanjutkan hidup," kata eksekutif sebuah perusahaan minyak di kawasan Kuningan, dekat Kedubes Australia itu
    
Korban bom memang tak semuanya beruntung bisa pulih dan hidup normal lagi"Dengan filosofi itu Askobi lahir, kita ingin membantu teman-teman agar bangkit dan pulih secara profesional," katanyaMereka mempunyai motto tiga SYakni, Sehat, Sejahtera, dan Swadaya
    
"Maknanya, kami sebagai korban ingin sehat seperti sedia kala, kami juga ingin hidup sejahtera, namun kami ingin sehat dan sejahtera dengan kemandirian," kata WahyuAnggota aktif Askobi ada 100 orangNamun, total yang terdata mencapai 570 orang lebih
    
Mereka aktif berkomunikasi satu sama lain"Tiap bulan kami bertemuTerkadang setelah diskusi kita makan bersama," kata WahyuAskobi juga menjalin komunikasi dengan beberapa organisasi serupa di luar negeri
    
"Kami beberapa kali menghadiri acara di luar negeriSeperti konvensi anti terorisme PBB di Washington, di Bogotta, bahkan beberapa bulan lalu kami juga ke Jordania untuk acara organisasi serupa di sana," katanya
    
Menurut Wahyu, anggota Askobi tak ingin menadah tangan pada pemerintahMereka sadar, dana dari pemerintah terbatas, ditambah lagi tidak ada lembaga atau kementrian khusus yang mengurusi korban"Kalau dibilang kurang ya jelas sangat kurangPemerintah kan berpikirnya setelah keluar dari rumah sakit ya sudahPadahal beban setelah keluar itu justru yang lebih besar," katanya
    
Dia mencontohkan, banyak korban yang kehilangan pekerjaan karena cacat permanenBelum lagi, anak dan istri mereka yang trauma secara psikologis"Rata-rata orang Indonesia masih menilai kompetensi seseorang dari fisiknya, padahal sebenarnya kemampuan mereka tidak hilangIni yang berusaha kita bantu," kata Wahyu
    
Pemulihan trauma, kata dia, juga akan lama jika mengandalkan psikolog atau terapi dari orang luar"Tapi, kalau bicara dengan sesama korban akan lebih mudah, akan lebih bebas dan sama-sama empati," katanya
    
Askobi awalnya juga dimulai dari rasan-rasan beberapa kelompok korban yang sudah melakukan kegiatan informalSebelum menjadi ketua Askobi, Wahyu dan sesama korban bom Marriott 1 sudah membentuk Yaysan Forum 58Angka 58 berasal dari hari dan tanggal kejadian berlangsung, yakni 5 Agustus 2003"Di Bali, juga ada beberapa yayasan yang menaungi korban Bom Bali I dan Bom Bali II, nah kita lalu berkomunikasi dan sepakat menjadi satu wadah," katanya
    
Meski sudah tujuh tahun berlalu, Wahyu belum lupa saat dirinya terhempas ledakan di restoran Syailendra MarriottSaat itu, Wahyu baru saja meeting dengan beberapa rekan bisnisnyaMereka sebenarnya sudah bertemu di Marriott sejak pagiTapi, sempat keluar sebentar untuk meninjau lokasi bisnis, kemudian kembali ke hotel di kawasan Mega Kuningan itu
    
"Tiba-tiba saya sudah berdarah-darahTelinga berdenging, dan langsung dievakuasi ke rumah sakit," katanyaWahyu sempat dirawat selama 40 hari di rumah sakit"Bosan kalau lama-lama," katanya lantas tersenyum
    
Pada saat pengeboman JW Marriott kedua kalinya 17 Juli 2009 lalu, Wahyu nyaris jadi korban lagi"Saya ada janji breakfast meeting di Marriott dengan GM (general manager, red) hotelnya sekaligus membicarakan peringatan enam tahun peledakan, tapi saya terlambatTiba-tiba saya dengar di radio mobil, kalau ada peledakanSaya langsung kontak teman-teman untuk stand by di rumah sakit sekitar Kuningan," katanya
    
Mengapa rumah sakit? Menurut Wahyu, mayoritas korban peledakan butuh bantuan advokasi sesaat setelah mereka masuk RS"Pihak RS akan menanyakan siapa yang menjamin, siapa yang membayar, identitas dan lain-lainPadahal mereka dalam kondisi jauh keluarga, maka kami menyediakan diri membantu mereka," katanya
    
Pada peristiwa 2003, korban-korban yang terlantar itu jumlahnya cukup banyak"Kalau di ground zero, petugas evakuasi dan warga sekitar pasti banyak yang cepat datang, tapi begitu masuk RS tidak ada yang menemani korbanNah, kami berupaya memudahkan urusan itu," katanya. 
    
Prioritas program Askobi tahun ini adalah memandirikan korban"Kami berencana membantu teman-teman yang tidak bisa bekerja sebagai pegawai untuk diberi modal kerjaRencananya tahun ini, mudah-mudahan sudah bisa," katanya
       
Namun, korban yang akan diberi modal kerja itu harus benar-benar enjoy dan nyaman dengan usaha yang akan dipilihnya"Supaya berhasil mereka harus melakukannya dengan senang hati," katanya
    
Selain itu, Wahyu dan teman-teman akan memperbanyak program kampanye anti terorisme di sekolah sekolah menengah"Anak-anak muda harus dibebaskan dari upaya peracunan ideologiKami tidak ingin anak-anak kami dijadikan alat teror sekelompok orang yang tak bertanggungjawab," katanya
    
Wahyu mengaku cukup lega setelah jaringan Noordin M Top tertangkap dan terberangus Densus 88"Saya punya teman-teman baik di Densus, kami apresiasi kerja mereka yang semakin baik," kata Wahyu yang mengaku memantau serius penangkapan Ibrohim dan Noordin melalui televisi itu.
    
Bapak dua anak kembar itu yakin, dengan upaya "upaya damai, teror di Indonesia akan putus mata rantainya"Yang lebih berbahaya adalah ideologi terorKalau itu sudah berhasil dihilangkan atau dibentengi, insya Allah tidak ada lagi teror di Indonesia," katanya. (nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Usul Nama Achmad Century buat Bayi Idrus Marham


Redaktur : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler