Asuransi Belum Terimbas Krisis

Senin, 27 Oktober 2008 – 02:41 WIB
JAKARTA - Para pemain di industri ini yakin kinerja asuransi jiwa kian moncer saat fluktuasi pasar globalBahkan, mereka yakin, pertumbuhan asuransi tak akan terganggu, seperti halnya ketika terjadi krisis 1997-1998

BACA JUGA: Marjin Bunga Perbankan Terjaga



Direktur PT AIG Life Lucyanna Pandjaitan mengatakan, saat ini para pemegang polis dan calon pemegang polis mesti berparadigma long term
"Sekarang banyak opportunity yang murah

BACA JUGA: Dunia Usaha Desak Penurunan Harga BBM

Karena itu, harus dimanfaatkan dengan berani berinvestasi, termasuk pada produk asuransi," kata Lucy, sapaan karibnya, di Jakarta..

Dia mencontohkan produk unit link sebagai pilihan yang tepat karena memberikan fleksibilitas
"Sekarang ada discount price (karena harga portofolio sudah murah), jadi harus hold untuk jangka panjang," katanya.

Country CEO AXA Indonesia Randy Lianggara mengatakan, momen saat ini minat masyarakat untuk berasuransi makin tinggi

BACA JUGA: Kalla: Belum Ada Opsi Turunkan Harga BBM

"Sama seperti saat krisis 1998, pertumbuhan industri ini tidak menurun, malah perlahan meningkat," kata Randy

Saat inilah, kata Randy, masyarakat yang berada dalam ekspektasi ketidakpastian mestinya memproteksi diri dengan asuransi"Ini menguntungkan, karena bisa untuk proteksi sekaligus investasi," ujarnyaDia menyebut asuransi sebagai investasi yang tidak memberatkan, karena polanya bisa diangsur

Terkait kondisi krisis saat ini yang bisa menggerus modal dan RBC (risk based capital) perusahaan asuransi, Lucy mengatakan, hal itu sebagai suatu keniscayaanSebab, portofolio perusahaan asuransi memang ada yang ditempatkan di instrumen reksadana maupun secara langsung di saham"Kalau terpengaruh, itu pasti," ujarnya

Lucy menjelaskan, dalam menempatkan dana investasinya, setiap manajemen perusahaan asuransi selalu memperhitungkan risk factor dari portofolio-portofolio yang akan dimasuki sebagai wahana investasi.

"Ya karena ada risk factor itulah, setiap ada penurunan aset investasi, pasti akan berpengaruh pada RBC maupun modal sendiri," tuturnya

Risk factor untuk investasi di saham sendiri mencapai 15 persenTercatat, industri asuransi jiwa menempatkan dana investasinya pada reksadana sebesar Rp 29,3 triliun atau 31,5 persen dari total investasi sebesar Rp 92,9 triliun

Dan, sambung dia, tergerusnya nilai investasi bisa membuat upaya pemenuhan aturan modal minimum yang ditetapkan pemerintah semakin sulit terpenuhi pada warsa iniSebab, ada potential loss yang lumayan besar(eri/fan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rupiah Melemah, Ekspor Elektronik Bertambah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler