Dunia Usaha Desak Penurunan Harga BBM

Harga Rasional Rp 5 Ribu Per Liter untuk Premium

Minggu, 26 Oktober 2008 – 01:06 WIB
Sebuah ladang minyak tua di Texas masih beroperasi. Dunia usaha mendesak pemerintah menurunkan harga minyak dalam negeri menyusul semakin merosotnya harga minyak di pasaran dunia. Foto : Rights of Van Ness Feldman
JAKARTA - Kalangan dunia usaha mendesak pemerintah agar berani menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM)Pertimbangannya, harga minyak mentah dunia terus menunjukkan tren penurunan

BACA JUGA: Kalla: Belum Ada Opsi Turunkan Harga BBM

Pada Jumat (24/10), harga minyak mentah jenis light di Bursa Berjangka New York untuk pengiriman Desember bertengger di USD 64,15 per barel.

Sedangkan harga minyak jenis Brent di London nangkring di USD 62,05 per barel
Sikap Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memangkas produksi 1,5 juta barel per hari tidak cukup kuat menahan laju penurunan harga emas hitam itu

BACA JUGA: Rupiah Melemah, Ekspor Elektronik Bertambah

Pemangkasan produksi OPEC mulai berlaku 1 November 2008.

Pengamat perminyakan yang juga mantan Gubernur OPEC untuk Indonesia Maizar Rahman menyatakan, pemangkasan produksi minyak oleh OPEC tidak mampu kembali mengerek harga minyak karena pelaku pasar lebih banyak mengambil asumsi nonfundamental
”Pasar lebih terpengaruh pada faktor nonfundamental

BACA JUGA: Nilai Tukar Rupiah Tembus Rp 10.000 Per USD

Ini hanya permainan di pasar berjangka,” ujar Maizar, Sabtu (25/10)

Dia mengatakan, para pelaku pasar yang memegang kontrak berjangka pengiriman minyak sedang membutuhkan likuiditasSehingga, mereka pun beramai-ramai menjual kontraknyaItu yang membuat harga minyak terus terkoreksi, kendati OPEC sudah berupaya memangkas produksiMeski demikian, Maizar menegaskan, harga minyak mentah secara rasional  memang berada di level USD 60-65 per barel”Apa yang terjadi sejak pertengahan 2007 hingga Juni lalu saat minyak menembus USD 147 per barel hanya karena kepanikan pasar melihat krisis subprime di ASArtinya, itu hanya permainan pasar.”

Dia kemudian mencontohkan apa yang terjadi pada 2005-2006Saat itu, jelas Maizar, tidak ada kepanikan pasarFaktor demand-supply juga normal”Saat itu harga USD 60-65 per barelItu memangharga yang wajar,” tuturnya

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Muda Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengemukakan, pemerintah sudah harus menyesuaikan harga BBM, baik untuk BBM bersubsidi maupun BBM industriBBM bersubsidi diturunkan untuk menggairahkan perekonomian masyarakat, yang muaranya adalah mendongkrak daya beliSementara penurunan harga BBM industri akan semakin meringankan pengusaha dalam menjalankan roda bisnisnya di tengah lesunya pasar global akibat badai finansial di AS

Dia mengakui, harga BBM industri memang sudah menurunTapi, melihat tajamnya koreksi harga emas hitam, penurunan harga BBM industri harus terus dipercepat”Ya paling nggak revisi harganya jangan terlalu lama,” ujar Sofjan

Saat ini, PT Pertamina (Persero) merevisi harga BBM industri per dua pekanHarga premium, minyak tanah, dan solar untuk kategori BBM industri yang berlaku sejak 15 Oktober masing-masing adalah Rp 6.222, Rp 7.629, Rp 7.417Sofjan mengatakan, pengusaha sebenarnya tidak meminta insentif pajak yang bermacam-macamSebab, mereka juga menyadari bahwa pemerintah membutuhkan penerimaan dari pajak”Kita cukup minta yang konkrit saja, asalkan daya beli masyarakat kembali naik, kita juga terus berproduksiKan yang untung pemerintah sendiri kalau pertumbuhan ekonomi terus membaik,” ujarnya.

Senada, Ketua Umum BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Erwin Aksa mengemukakan, harga BBM industri semestinya terus diturunkan”Penurunannya harus cepatJangan kita harus menunggu dulu,” ujar CEO Bosowa Corporation ituJika begitu, maka Pertamina sudah menangguk untung terlebih dahulu dengan adanya rentang waktu antara penurunan harga dan keputusan untuk menyesuaikan harga”Itu menjadi jalan untuk terus memperkuat sektor riil,” jelasnya

Terpisah, pengamat perminyakan Kurtubi mengatakan, pemerintah tidak punya alasan lagi untuk tidak mengoreksi harga BBM”Dengan angka saat ini (USD 64 per barel), pemerintah bukan lagi menyubsidiPemerintah malah sudah untung,” ujar Kurtubi”Harga BBM saat ini di POM bensin itu sudah melampaui biayanya,” tegasnyaDia menghitung, harga keekonomian untuk bensin saat ini adalah Rp 5.000”Jadi, setidaknya harga harus diturunkan sekitar Rp 1.000 per liter,” katanya

Dia mengatakan, saat pemerintah menaikkan harga BBM Mei lalu, patokan harga minyak mentah Indonesia (ICP) adalah USD 95 per barelHarga BBM untuk jenis premium saat ini adalah Rp 6 ribu per liter, solar Rp 5.500 per liter, dan minyak tanah Rp 2.500 per liter”Sehingga, inilah saat bagi pemerintah menurunkan harga BBMSekali lagi, pemerintah bukan lagi menyubsidi, malah sudah bisa untung.”

Apakah harga minyak tidak berpeluang lagi untuk rebound? ”Cukup sulit,” ujarnyaMenurut dia, selama krisis finansial global belum reda dan USD terus menguat terhadap euro, cukup sulit bagi emas hitam untuk kembali menanjak”Selain itu, jika OPEC tidak mengurangi produksi secara signifikan, harga tidak akan kembali naik signifikanPemangkasan produksi yang hanya 1,5 juta barel per hari tidak signifikan,” jelasnya

Menurut Kurtubi, dengan menurunkan harga BBM, gerak ekonomi riil akan lebih dinamis”Tukang ojek, sopir mikrolet, dan rakyat kebanyakan akan naik daya belinya,” tuturnya

Ketua Pansus Hak Angket BBM Zulkifli Hasan mengatakan, saat ini adalah momen yang tepat bagi pemerintah untuk menurunkan harga BBM”Harga minyak sudah turun sangat rendah, itu seharusnya membuat pemerintah segera menurunkan harga BBM,” ujar Zulkifli. 

Dulu, kata dia, pemerintah menggunakan argumentasi kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional sebagai legitimasi untuk mengerek harga BBM pada Mei laluDan, kini, ketika harga minyak terus terkoreksi sehingga Pansus, kata dia, akan segera menyampaikan sikap resminya tersebut”Keputusan untuk mendesak pemerintah itu (agar mau menurunkan harga BBM) belum menjadi keputusan resmi PansusTapi, mayoritas anggota sudah sepakat menyampaikan sikap ini,” tutur legislator asal PAN itu(eri/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengusaha Tambang Tunda Penjualan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler