Kalangan industri peternakan Australia berharap Pemerintah Indonesia menerbitkan izin impor sapi antara 150 ribu hingga 200 ribu ekor selama periode caturwulan II, yaitu Mei hingga Agustus 2016. Kuota caturwulan pertama hampir penuh sehingga pengiriman ternak bulan April ini akan ditujukan ke negara selain Indonesia.
Aktivitas pengumpulan ternak sapi atau mustering telah berlangsung di sejumlah peternakan di kawasan utara Australia, namun peluang untuk memasarkannya ke pasar Indonesia yang merupakan pasar terbesar ternak sapi Australia selama April ini jadi terbatas.
BACA JUGA: Universitas Sydney Terapkan Program S1 Empat Tahun
Pasalnya, kuota izin impor sebesar 200 ribu untuk periode Januari-April, telah hampir terpenuhi. Artinya, jumlah sapi Australia yang dikapalkan ke Indonesia dalam periode ini sudah hampir mencapai 200 ribu ekor.
CEO Asosiasi Eksportir Ternak Northern Territory Stuart Kemp menjelaskan, kebanyak ternak yang dikirim dari Pelabuhan Darwin dalam April ini akan ditujukan ke pasar Asia di luar Indonesia.
BACA JUGA: Australia Dituduh Pilih-Pilih Pengungsi TimTeng yang Masuk ke Negaranya
"Eksportir sebelumnya memilih untuk mengirim lebih awal kuota empat bulan pertama sehingga kuotanya kini sudah hampir terpenuhi," kata Kemp kepada Matt Brann dari ABC.
"Akan tetap ada pengapalan ternak ke Indonesia bulan April ini, namun kebanyakan akan dikirim ke Malaysia, Vietnam, Filipina dan mungkin juga Brunei. Jumlahnya memang tidak sebesar pengiriman ke Indonesia," katanya.
BACA JUGA: Perempuan Sering Banyak Berkorban Untuk Jadi Atlet Profesional
Kalangan industri peternakan berharap Indonesia akan menerbitkan izin hingga 200 ribu ekor untuk empat bulan kedua, namun Kemp mengingatkan sistem impor ini cukup kompleks untuk menentukan jumlah yang pasti.
Kemp mengungkapkan, adanya impor daging kerbau dari India yang masuk ke pasar Indonesia bisa saja berpengaruh terhadap permintaan ternak dari Australia.
"Belum ada kejelasan mengenai dampak hal itu. Ada yang memperkirakan akan berpengaruh karena daging kerbau cocok untuk dibuat bakso, namun yang lain menyatakan rasa dagingnya berbeda dengan rasa daging bakso yang dikenal oleh masyarakat Indonesia selama ini," ujarnya.
Sementara itu harga ternak sapi yang dikirim melalui Pelabuhan Darwin mengalami penurunan beberapa waktu terakhir dengan harga yang dikirim ke Indonesia berkisar 3,5 dollar perkilo (sekitar Rp 35 ribu/kg).
Dengan jumlah pengiriman ke Indonesia yang menurun selama April ini, harga tersebut diperkirakan akan semakin turun pula.
"Sulit dibayangkan akan turun hingga 3 dollar perkilo, namun hal itu bisa saja terjadi. Semuanya tergantung pada jumlah yang diminta oleh kalangan importir di sana," katanya.
"Jika importir di Indonesia tidak meminta jumlah besar, dan pemerintah hanya memberikan kuota 100 ribu hingga 150 ribu ekor untuk empat bulan kedua, mungkin harga ternaknya bisa di bawah 3 dollar perkilo," jelas Kemp lagi.
Dia menambahkan bahwa penentuan tingkat harga ini sama saja dengan komoditi lainnya tergantung permintaan dan penawaran. Apalagi, pengumpulan ternak kini bisa lebih mudah karena kawasan utara Australia telah memasuki musim kering.
Pantauan ABC menunjukkan kapal ternak Finola akan meninggalkan Pelabuhan Darwin pekan depan membawa sekitar 2 ribu ekor sapi tujuan Filipina.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jejak Seni Tanah Liat Bantu Lacak Jalur Perdagangan Kuno Warga Aborijin