Dewan Pengungsi menuduh pejabat imigrasi Australia ‘pilih-pilih’ pengungsi Timur Tengah untuk dimukimkan kembali di Australia. Lebih dari 1.400 pengungsi rentan asal Suriah dirujuk ke Australia oleh PBB, namun saat ini nasib mereka masih terkatung-katung.

"Saya tak berpikir siapapun memperkirakan bahwa program ini sangat ditujukan pada warga Kristen Irak seperti yang terlihat sekarang," kata Paul Power, CEO Dewan Pengungsi.

BACA JUGA: Perempuan Sering Banyak Berkorban Untuk Jadi Atlet Profesional

Ia berpendapat, "Tak ada yang bisa membantah bahwa mereka yang dimukimkan kembali ke Australia memang perlu pemukiman.”

"Tapi ada jutaan pengungsi di Timur Tengah yang membutuhkan pemukiman kembali, dan ketika Australia ‘pilih-pilih’ pengungsi mungkin dari 1-3% populasi pengungsi di negara-negara seperti Yordania dan Lebanon, itu sama sekali benar-benar tak mencerminkan kebaikan Australia," sanggahnya.

BACA JUGA: Jejak Seni Tanah Liat Bantu Lacak Jalur Perdagangan Kuno Warga Aborijin

Paul mengatakan, hal yang salah jika menanggapi krisis pengungsi Suriah dengan program yang mengutamakan minoritas teraniaya, ketika sebagian besar dari hampir 5 juta pengungsi Suriah adalah Muslim -banyak dari mereka yang telah menderita penganiayaan di tangan rezim Assad dan milisi Syiah karena mereka Sunni.

"Cukup jelas bahwa minoritas agama bukan satu-satunya orang yang melarikan diri. Bahkan, agama minoritas hanya diwakili dengan proporsi kecil di antara populasi pengungsi di Yordania dan Lebanon," jelasnya.

BACA JUGA: Setahun Terakhir 3300 Paramedis di Australia Alami Serangan Kekerasan

Lebih dari 1400 pengungsi yang dirujuk ke Australia terkatung-katung

Australia memiliki dua cara untuk menerima pengungsi di bawah kebijakan tambahan yang baru.

Satu melalui arahan PBB, yang lain melalui jalur "khusus kemanusiaan", yang mengidentifikasi orang untuk dimukimkan kembali.

September lalu, menyusul kemarahan atas penenggelaman balita Suriah, Alan Kurdi, mantan perdana menteri Tony Abbott mengumumkan bahwa Australia akan mengambil di 12.000 pengungsi tambahan yang melarikan diri dari konflik di Irak dan Suriah.

Pemerintah tak akan mengungkap seberapa banyak tambahan 12.000 pengungsi berasal dari program itu dan berapa banyak yang datang dari UNHCR (badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi).

Kepala badan pengungsi PBB di Yordania -Andrew Harper, yang warga Australia -mengajak Menteri Imigrasi Australia, Peter Dutton, berjalan-jalan di sekitar kamp, September lalu.

Andrew, kini, mengkritik pendekatan Australia secara terbuka.

"Kekhawatiran kami adalah bahwa mereka mungkin tak selalu menjadi pihak yang paling rentan. Ketika Pemerintah Australia mengumumkan akan mengambil 12.000 pengungsi Suriah dan akan memprosesnya melalui UNHCR, kami mengharap 12.000 pengungsi itu akan datang dari UNHCR,” utaranya.

"Apa yang kami telah lihat adalah ... kemungkinan perubahan kriteria, di mana lebih banyak orang menjalani program paralel ke UNHCR,” sambungnya.

Ia menjelaskan, "Kami menyadari bahwa beberapa negara akan lebih memilih untuk mengambil orang-orang Kristen atau minoritas lainnya tapi itu tak berarti bahwa mereka adalah yang paling rentan.”

Ada kekhawatiran tentang mengapa begitu banyak kasus yang dirujuk PBB belum diterima.

Lebih dari 1.400 pengungsi Suriah yang rentan dirujuk ke Australia oleh PBB, namun saat ini nasib mereka masih terkatung-katung.

Hingga Australia menolak secara resmi kasus ini, PBB tak bisa mencoba dan mengirim mereka ke tempat lain.

Jadi sementara ini, mereka mungkin kehilangan kesempatan untuk dirujuk ke negara lain seperti Kanada, yang telah mengambil 25.000 pengungsi sejak November lalu, atau Amerika Serikat, yang mencari  rujukan 11.000 pengungsi dalam tiga bulan ke depan.

Menteri Peter Dutton mengatakan, Australia tak akan terburu-buru mengolah rujukan manapun.

"Saya tak punya keluhan tentang rujukan yang mereka buat. Tapi pada akhirnya, Pemerintah memutuskan siapa yang kami terima di negara ini dan kami tak akan mundur dari hal itu," sebutnya.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gadis Brisbane Ini Susun Daftar Keinginan Terakhir untuk Anjingnya yang Sekarat

Berita Terkait