Awalnya Tak Kerasan, Kini Kuli Panggul Ingin Kuliah

Minggu, 06 Juni 2010 – 12:07 WIB
Hampir sebulan terakhir, 60 anak putus sekolah dan pekerja anak mendapat pendidikan khususMereka dimotivasi untuk kembali ke bangku sekolah

BACA JUGA: Hari-Hari Terakhir Hasan Tiro, Mantan Petinggi GAM, sebelum Meninggal

Motivasi di Pondok Pesantren (Ponpes) Bahjatus Sholihin, Desa Mojosari, Kecamatan Kauman, Tulungagung.


Didin Cahya, Tulungagung


Suasana di Ponpes Bahjatus Sholihin sangat ceriah
Terdengar gelak tawa khas bocah dari salah satu ruang yang berdampingan dengan masjid

BACA JUGA: Mengunjungi Daqing, Daerah Penghasil Minyak Terbesar di Tiongkok

Sebanyak 60 anak sedang bermain kekompakan
Mereka membentuk lingkaran dengan kedua tangan saling berpegangan satu sama lain

BACA JUGA: Soal Rokok, Ingatkan Opium pun Dulu Tak Haram

Satu kelompok atau lingkaran terdiri dari 10 anak.

Ada dua lingkaran di ruang yang berukuran 3 x 6 meter ituSisanya memberi dukungan ke grup yang berlombaMereka beradu kecepatan untuk bisa berbalik badan dengan tetap dalam posis lingkarPermainan ini dipandu tentor Eko Cahyo WibowoTak ada kesedihanSebaliknya, kegembiraan yang terpancar dari wajah merekaSeolah melupakan kampung halaman yang telah ditinggal hampir sebulan.

Anak-anak yang bermain tersebut bukan santri Ponpes Bahjatus SholihinMereka merupakan peserta Penarikan Pekerja Anak Program Keluarga Harapan (PPA-PKH) yang diselenggarakan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Tulungagung.

Anak-anak di bawah usaia 18 tahun ini yang terdiri dari 17 perempun dan 33 lakiMereka peserta sekolah motivasiSebagian besar dari kalangan menengah ke bawah, yang drop out (DO) saat menyenyam pendidikan atau sudah bekerja.

Salah satunya Sutrisno, 14Bocah asal Desa Karanganom, Kecamatan Kauman ini mengaku tertarik mengikuti sekolah motivasiApalagi orang tua merestui.

Bocah yang hanya tamatan SD pada 2008 ini merasa canggung saat kali pertama berkumpul dengan 59 peserta lainnyaMaklum, belum saling mengenal"Pertama sih tidak kerasanKarena belum kenal," terang anak berkepala gundul iniAnak kedua pasangan Ngaseri, 45, dan Sunarsih, 36, ini menjadi betah setelah kenal dengan peserta lainnyaApalagi materi yang diberikan tutor cukup variatifTidak melulu motivasiNamun juga terdapat permainan yang menghibur.

Setelah dimotivasi hampir sebulan, Sutrisno mengaku ingin melanjutkan sekolah lagiMemang tidak bisa jalur formal karena dia harus mengasuh adiknya yang berusia 2 tahun"Bapak dan ibu bekerja, saya yang mengasuh adikSaya akan belajar di kejar paket B (setara SMP)," katanyaSutrisno mengatakan, di sekolah motivasi, pembelajaran dilakukan dengan mengunjungi pabrik.

Sedangkan peserta bernama Marsum, 17, mengaku ingin mendapatkan keterampilan bertukangWarga Desa Ledoyo, Kecamatan Sendang ini juga ingin kuliah"Uang membayar kuliah dari upah bertukang," kata bocah yang sebelumnya menjadi kuli panggul di Pasar Ngemplak ini.

Kapala Bidang Pengawasan Dana Hubungan Industrial Dinsosnakertrans Tulungagung Samratul Fuad mengatakan, jumlah anak di bawah umur yang berkerja dan masuk program keluarga harapan (PKH) sebenarnya ada sekitar 300 orangNamun pihaknya hanya menampung 60 anakItu sesuai jatah pemerintah pusat"Kekurangannya akan kami buka program serupa tahun depan," kata pria asli Mojasari ini.

Dikatakan dia, sekolah motivasi bertujuan mendorong peserta agar melanjutkan pendidikan atau ketrampilan yang layakPada akhirnya bisa bersaing di dunia kerja"Motivasi anak-anak di bawah bimbingan tentor setiap hari," katanya.

Diharapkan peserta bisa menentukan pilihan antara melanjutkan pendidikan ke jenjang formal atau non formal (kejar paket), serta pelatihan keterampilan seperti tukang atau bengkelUntuk semakin menggairahkan semangat belajar pekerja anak, dinsosnakertrans akan menggandeng dinas pendidikan agar memberikan fasilitas lebih bagi mereka termasuk dalam hal pembiayaan(*/her)

 



BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Rano Karno Merindukan Dunia Seni


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler