BACA JUGA: In Memoriam Ramdan Putra Aldil Saputra
Seperti apa?IRFAN H., Jakarta
SELAMA ini, Rano Karno selalu fokus dalam membantu tugas kepala daerah tingkat II Kabupaten Tangerang
BACA JUGA: Gaji Besar, Penampilan Klimis dan Trendi
Tetapi, karena darah seni dalam dirinya terus mengalirBACA JUGA: Jatim Lebih Suka Jepang, Kelompok Medan Bule
”Ternyata berat juga meninggalkan dunia yang pernah membesarkan saya itu,” kata Rano Karno kepada wartawan seusai pertunjukan drama Si Doel Anak Sekolahan di Gedung Kesenian Jakarta, baru-baru iniAgar senantiasa bisa membantu menutupi kesusahan orang, Rano pun mengubah niatnya tidak jadi meninggalkan dunia perfilman dan sinetronRano akan tetap berada di dunia keartisan
”Memang nggak mungkin saya membagi waktu agar bisa ikut main film atau sinetronSaya cukup jadi penulis skenario saja,” ujar Rano.Satu cerita film buatan Rano, kini siap diproduksi pada Juni mendatangJudulnya Satu JamSetelah itu, Rano akan menulis lagi cerita tentang seni budaya Barongsai yang hidup di kalangan warga China Benteng, Tangerang
”Alhamdulillah, dengan aktif lagi jadi penulis, gairah kerja saya kembali mantap,” tutur RanoMenurut aktor kelahiran 8 Oktober 1960 ini, tugas rutinnya sebagai wakil bupati Tangerang, selain membantu penyelesaian tugas-tugas rutin kepala daerah, juga memikirkan bagaimana memperbaiki kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tangerang
”Saya sering kedatangan tamu yang minta bantuan karena anaknya belum bayaran di sekolahSering juga saya menemukan warga Kabupaten Tangerang yang jadi peminta-minta di jalanKalau sudah melihat kenyataan itu, saya tidak bisa diam, terus memikirkan agar si miskin itu tidak jadi peminta-minta lagiTernyata yang seperti itu banyak jumlahnya,” pungkasnya
Perlu diketahui, sejak umur sembilan tahun, Rano sudah diajak ayahnya membintangi film Lewat Tengah Malam, memerankan tokoh anakNamanya mulai dikenal lewat film Si Doel Anak Betawi (1972) karya Sjuman Djaja yang diangkat dari cerita Aman Datoek MadjoindoDalam film itu, putra ketiga dari enam bersaudara pasangan Soekarno MNoer (Minang) dan Istiarti M Noer (Jawa) berperan sebagai pemeran utama
Sejak itu, prestasinya pun mulai kelihatanLewat film Rio Anakku (1973), Rano memperoleh penghargaan Aktor Harapan I PWI Jaya (1974)Kemudian, dalam Festifal Film Asia 1974 di Taipei, Taiwan, ia meraih hadiah The Best Child ActorSelanjutnya ia mendapat peranan-peranan dewasa lewat film Wajah Tiga Perempuan (1976), Suci Sang Primadona (1977), Gita Cinta dari SMA (1979)Untuk mendukung niatnya terjun ke dunia film, Rano pun belajar akting di East West Player, Amerika Serikat.
Ketika industri film Indonesia "pingsan", Rano beralih ke sinetronSi Doel Anak Sekolahan adalah sinetron paling monumental yang digarapnya bersama saudara-saudaranya dalam Karno"s Film(*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perjuangan Maemunah Berubah Kelamin Menjadi Laki-Laki
Redaktur : Tim Redaksi