Awas, Bisa Merembet ke 80 Negara

Kasus Indomie

Kamis, 14 Oktober 2010 – 06:41 WIB

JAKARTA -- Pemerintah dan semua pihak terkait diharapkan tidak menganggap sepele kasus Indomie di TaiwanJangan dianggap perkara itu sebagai masalah kecil yang akan hilang dengan sendirinya

BACA JUGA: Batas Maksimal Nipagin Dipertanyakan

Sebaliknya, harus ditangani secara baik dengan melakukan komunikasi dan edukasi di dalam dan luar negeri.

Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman (Gapmmi) Franky Sibarani, mengatakan penemuan kandungan Nipagin dalam kecap Indomie di dua jenis Indomie (keduanya mie goreng) di Taiwan menyisakan dua pekerjaan rumah (PR) yang harus segera ditangani
"Dalam situasi ini ada dua pekerjaan besar yang harus kita lakukan

BACA JUGA: Ternyata BPOM Baru Uji Laboratorium

Pertama komunikasi ke luar (negeri) secara G to G (Government to Government) dan B to B (Business to Business)," ujarnya di kantor Kementerian Perindustrian, kemarin.

Kedua, kata Franky, melakukan komunikasi di dalam negeri yang juga tidak mudah
Sebab, kata Franky, market di dalam negeri untuk mie instan juga sangat besar

BACA JUGA: DPR Dukung Protes ke Taiwan

Pada 2009 konsumsi mie instan domestic mencapai 1,8 juta ton"Konsumen di dalam negeri pun harus diyakinkan bahwa memang (mengonsumsi mie instan) amanJangan terpengaruh dengan yang di luarMenurut saya yang terbesar itu justru market kitaItu adalah PR yang harus kita selesaikan juga," ucapnya.

Menurut Franky, masalah Indomie ini bukan masalah Indomie saja tetapi masalah Indonesia di perdagangan globalIndonesia harus belajar dari pengalaman peristiwa Melamin yang menerpa TiongkokSaat itu, kandungan melamin dalam susu menewaskan satu orang di sana dan setelah dilakukan pengecekan ternyata melamin adalah salah satu penyebab kematian tersebut

Memang, Indomie tidak separah itu dan tidak sampai menyebabkan kematianBahkan menyebabkan konsumennya secara otomatis mendapatkan perawatan medis pun tidakTetapi penanganan kasusnya harus sama"Peristiwa melamin itu menyebar ke berbagai negara bahkan di Indonesia itu ada tiga pabrik yang tutup kemudian ada beberapa produk yang akhirnya tidak diproduksi dan hampir merusak citra persusuan di dalam negeri," jelasnya.

Sehingga, kata Franky, jika dikaitkan dengan konteksnya seperti sekarang kasus Indomie di Taiwan, sejak mereka umumkan hari Minggu dan Senin bahwa Indomie berbahaya, kemudian Hong Kong, Singapura, Malaysia, Uni Emirat Arab, bereaksi"Itu tidak menutup kemungkinan untuk adanya negara negara baru bereaksi serupa," terusnya.

Saat ini saja, berdasarkan informasi yang diperoleh Franky, Taiwan melakukan aksi lain dengan mengecek jenis produk makanan dan minuman berbeda selain mie instan dari Indonesia untuk dikaji kandungannyaSedangkan negara lain belum melakukan langkah sejauh ituHal tersebut yang harus menjadi kekhawatiran Indonesia karena mie instan produksi dalam negeri diekspor ke sekitar 80 negara tujuanSebaran sebanyak itu berpotensi untuk melakukan pengecekan yang sama seperti yang dilakukan Taiwan"Itu kekhawatiran kitaItu menyangkut Indonesia, pasar kita di luar," ucapnya.

Pada tahun 2006, nilai ekspor mie instan Indonesia mencapai USD 36,5 juta kemudian melonjak pada 2009 menjadi USD 95 jutaTahun 2010 ini nilai ekspornya diprediksi melesat menjadi USD 140 jutaJika Indonesia sanggup menyelesaikan dua PR-nya itu maka bukan mustahil target tersebut bisa tercapaiMenurut Franky, di mana ada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) maka di situ lah mie instan asal Indonesia menjadi primadonaTermasuk di Taiwan, Hong Kong, Singapura, Malaysia, dan Arab SaudiSeperti di Taiwan, katanya,ceruk pasarnya adalah 125 ribu TKI dan pekerja Indonesia.

Di dalam perkembangannya, mereka yang mengonsumsi mie instan yang sebagian besar adalah orang Indonesia sudah merembet ke penduduk pribumiJadi semula hanya dikonsumsi pekerja rumah tangganya, misalnya, belakangan sudah dikonsumsi para majikan"Itu faktanya di Taiwan maka konsumsinya meningkat," terangnya.

Terlebih mie instan asal Indonesia berdasarkan harga adalah paling murah jika dibandingkan mie instan produksi negara lainDi sana, persaingan terjadi antara produksi Indonesia dengan mie instan produksi Vietnam, Hong Kong, Thailand, bahkan Taiwan sendiri"Sayangnya saya belum dapat data persentase pangsa pasarnya di sana sehingga tidak bisa petakan persaingannya," katanya.

Ketika konsumsi mie instan asal Indonesia di Taiwan meningkat, maka terjadi parallel impor sehingga terjadi lah pengiriman produk yang bukan spesifikasi Taiwan tetapi masuk ke sanaSebagai ilustrasi, Franky menjelaskan, ada satu importer Taiwan yang ditunjuk untuk melakukan impor Indomie di sana membawa produk yang memang sesuai standar Taiwan yaitu tanpa kandungan Nipagintetapi, permintaan di sana meningkat sehingga ada pedagang Taiwan yang belanja ke Indonesia untuk mendatangkan mie serupa ke sanaPadahal yang dibawa adalah bukan spesifikasi untuk Taiwan"Itu perbandingannya adalah 1 banding 5Artinya, 1 adalah yang resmi ditunjuk produsen sedangkan yang lima bukan yang ditunjukTapi itu juga belum tentu ilegal bagi merekaSecara standar (produk) berbeda tetapi impornya masuk di pabeanan mereka," ulasnya.

Memang, kata Franky, berkaitan dengan aturan di negara lain maka Indonesia tidak bisa terlalu reaktifTetapi yang harus dilakukan adalah saat ini produsen masing-masing di dalam negeri melakukan monitoring terhadap setiap produknya di negara tujuan eksporKemudian Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di setiap negara dibantu atase perdagangan agar lebih peduli terhadap kondisi seperti ini"Kemudian peran BPOM diaktifkan untuk berkomunikasi sejauh berpotensiSupaya, in case, misalnya terjadi di suatu negara di situ terjadi pengambilan sample, diharapkan sebelum umumkan hasilnya, komunikasi dulu dengan perwakilan negara kita di negara tersebut," harapnya.(gen)

Produksi Mie instan di Indonesia:
2004 = 974 ribu ton atau 12,9 miliar bungkus
2005 = 1 juta ton ?= 13,5 miliar bungkus
2006 = 1,3 juta ton = 18 miliar bungkus
2007 = 1,4 juta ton = 19,2 miliar bungkus
2008 = 1,5 juta ton
2009 = 1,880 juta ton

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indomie Aman Dikonsumsi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler