Bentrok sempat terjadi lagi antara kalangan pendemo reformis dan polisi, Jumat (17/7), untuk kali pertamanya di Teheran setelah berminggu-minggu suasana tenang
BACA JUGA: Aussie Ingatkan Bom Susulan
Kekacauan itu terjadi setelah mantan presiden Akbar Hashemi Rafsanjani mengeluarkan pernyataan bahwa Republik Iran tengah berada dalam krisis, serta menegaskan adanya ketidakberesan dalam hasil pemilihan lalu.Pernyataan ini, sebagaimana diberitakan Reuters, tentu menjadi semacam perlawanan tersendiri terhadap kewenangan Khomeini, sosok paling berpengaruh di Iran
Sementara, mantan presiden lainnya dari kalangan reformis, Mohammad Khatami, belakangan juga turut mengeluarkan pernyataan
BACA JUGA: Pemerintah Cina Akui Tembak Mati 12 Orang
Ia menghimbau diadakannya referendum terhadap legitimasi pemerintahan saat ini"Kalangan elit (pemerintahan) mustinya tahu, bahwa pembicaraan, tindakan atau analisis apapun, yang sifatnya membantu pihak lawan (pemerintah), bisa disebut sebagai sebuah gerakan menentang bangsa
BACA JUGA: Taliban Rilis Video Serdadu AS yang Ditawan
Kita harus berhati-hati sekali (dalam hal itu)," ungkap Khomeini dalam pidatonya di depan sejumlah pejabat Iran, yang jelas-jelas mengarah pada pernyataan Rafsanjani, Khatami dan Mousavi."Warga akan membenci siapapun, dalam posisi apapun, yang ingin mengarahkan masyarakat ke ketidaknyamanan," katanya"Ada hal-hal yang tidak seharusnya dikatakan(Yaitu) jika kita mengatakannya, kita telah berdiri menentang negara (ini)Ini sekarang merupakan semacam ujicoba bagi elit pemerintah, dan kegagalan dalam tes ini, berarti kejatuhan (bangsa)," lanjutnya(ito/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... RI-Australia Sepakat Lawan Teroris
Redaktur : Tim Redaksi