Lima hari lamanya istri dan dua anak Nur Iman (korban tewas salah sasaran dalam penyergapan teroris di Sukoharjo, Sabtu pekan lalu menghilangRabu lalu (18/5), mereka kembali pulang
BACA JUGA: Terkenang Makan 4 Menit hingga Makan Bareng Daging Ular
Tapi, sejak saat itu hingga kemarin polisi menjaga ketat mereka seperti menjaga keluarga penting.ARIS MASHUDI-FERY A.S., Sukoharjo
WAJAH Waliyem, istri Nur Iman, siang itu (18/5) sekitar pukul 13.00 tampak tegang
Di belakang mereka tampak Ny Harso Mulyono (ibu kandung Waliyem) dan beberapa aparat keamanan
BACA JUGA: Preman Rampas Surat Eksekusi, Polisi Rampas Senpi
Mereka adalah empat anggota TNI serta tiga polisiBegitu tiba di rumahnya, Waliyem dan dua anaknya tak keluar lagi
BACA JUGA: Christina Sunardi, Dosen Gamelan di University of Washington, Seattle, AS
Di depan rumah, aparat keamanan tersebut terus berjagaRadar Solo (Jawa Pos Group) saat itu berusaha menemui WaliyemTapi, polisi yang menjaga tidak memperbolehkanSorenya, Radar Solo (JPNN Group) kembali ke rumah ituTetap saja ada polisi yang menjagaTapi, kali ini yang menjaga adalah dua polwan dan seorang polisiMereka tak mengenakan seragam dinasRizky, anak sulung Nur Iman, saat itu sempat keluar rumahTapi, oleh salah seorang polwan, dia langsung dibawa masuk begitu tahu ada Radar Solo yang ingin mendekat
Kemarin Radar Solo kembali mendatangi rumah NurTampak dua polwan masih menjaga rumah tersebutSaat itu dua anak Waliyem sedang bermain dengan teman-teman sebayanya di teras rumahTak jauh dari tempat itu, Waliyem sedang bersantaiPerempuan 37 tahun tersebut sedang duduk didampingi dua polwan yang mengenakan pakaian preman
Jika sebelumnya sulit diwawancarai, kemarin Waliyem bisa diajak ngobrolWaliyem mengatakan, dia bersama keluarga lainnya sudah mulai tenangTetapi, dia masih belum beraktivitas seperti biasaDia lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah"Saya dan keluarga lainnya belum bekerja seperti biasanyaAnak saya juga belum sekolahMungkin, anak saya Rizki Senin besok mulai masuk sekolah," kata Waliyem kepada Radar Solo dengan suara rendah kemarin (20/5).
Waliyem mengakui, dia dan keluarganya mendapatkan pendampingan polisi sejak pertama kembali ke rumahMeski dijaga ketat, dia tak merasa tergangguJustru dia dan keluarganya merasa nyamanSebab, para polisi yang berjaga di rumahnya itu juga kerap dijadikan teman untuk berbincang-bincang"Saya kan orang nggak tahu apa-apaJadi, dengan didampingi seperti ini, saya merasa lebih tenangAda yang bisa ngajarin saya," tuturnya.
Waliyem mengaku, setelah peristiwa tewasnya suaminya, dia dan keluarganya berada di bawah perlindungan polisiTiga hari lamanya dia dilindungi polisiKemudian, sehari berada di rumah keluarga mertuanya di Klaten"Kondisi saya bersama keluarga aman Mas," tuturnya sambil menundukkan kepala.
Selama dijaga polisi, ke mana pun Waliyem dan anak-anaknya pergi selalu didampingiTermasuk pergi berbelanja sekalipun"Ya, kami selalu ditemanin kalau beli-beliTapi, beli-belinya tidak jauh," kata Rizki, putra pertama Nur Iman.
Mengapa rumah Nur Iman harus dijaga ketat oleh polisi? Menurut Kapolres Sukoharjo AKBP Pri Hartono E.L., penjagaan itu dilakukan karena permintaan warga di sekitar rumah Nur Iman"Sejak operasi penyergapan itu, warga di sana resah karena sering didatangi orang tak dikenalMereka lantas minta polisi menjaga," katanya
Atas permintaan tersebut, pihaknya sudah memerintah petugas polsek maupun polres untuk melakukan patroli keliling kampungDan hal itu sudah dimulai sejak Selasa malam (17/5)"Kami menerjunkan dua SSP (satuan setingkat peleton, Red) yang berpatroli setiap malamSelain itu, kami menyiagakan personel yang on call," imbuhnya
Di bagian lain, Kepala Desa Sanggrahan, Sukoharjo, Adi Sucipto, 41, mengatakan, Kamis lalu (19/5) Kapolres Sukoharjo AKBP Pri Hartono E.Lbeserta jajarannya memberikan santunan kepada keluarga Nur ImanSantunan diberikan kepada anak-anak Nur Iman untuk kepentingan pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan hidup lainnyaAdi, sebagaimana dia biasa dipanggil, menambahkan, separo biaya santunan yang diberikan juga diperuntukkan urusan pemakaman Nur Iman hingga peringatan 1.000 harinya.
"Besaran uang yang diberikan saya kurang tahuTetapi yang jelas, setelah uang diberikan kepada Waliyem, seketika langsung dimasukkan ke bankSantunan tersebut merupakan bantuan langsung dari pemerintah pusat dan daerah Sukoharjo serta pihak-pihak yang berempati atas kejadian tragis tersebut," katanya kepada Radar Solo saat dihubungi kemarin.
Santunan juga dimanfaatkan untuk membiayai segala proses peringatan atas meninggalnya Nur Iman atau acara pengajian yang telah digelar mulai tujuh harinya lalu hingga 1.000 harinya nanti"Tetap, kami semua juga merasa kehilangan seperti apa yang dirasakan keluarga Nur ImanWaliyem pun mengatakan sangat berterima kasih atas segala perhatian dan bantuan yang telah diberikan guna membiayai kedua anaknya," ucap Adi menirukan perkataan Waliyem(nan/jpnn/c5/c3/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dodong Kodir, 15 Tahun Menekuni dan Menciptakan Alat-Alat Musik dari Limbah
Redaktur : Tim Redaksi