Balita China Dijual ke Luar Negeri Seharga Rp 28 juta

Program KB Satu Keluarga Satu Anak Dipersoalkan

Rabu, 11 Mei 2011 – 01:31 WIB

PROGRAM Keluarga Berencana (KB) di China yang mengharuskan satu keluarga hanya memiliki satu anak memicu penjualan bayi ke luar negeriDari hasil investigasi majalah Caixin Century yang dilansir Daily Telegraph, kemarin (10/5), setiap balita yang dijual ke luar negeri untuk diadopsi itu dihargai £ 2 ribu atau sekitar Rp 28 juta.

Setidaknya 20 anak-anak terpaksa berpindah tangan asuhan lantaran program KB di provinsi Hunan yang disalahgunakan oleh pejabat setempat

BACA JUGA: ASEAN Sepakat Kerjasama Manajemen Ketenagakerjaan

Anak-anak itu dijual ke Belanda dan Amerika Serikat


Cerita tentang anak-anak yang diculik dan dijual untuk mencari keuntungan, meski bukan yang pertama kali terungkap dalam beberapa tahun ini, telah memicu kehebohan di China sekaligus menimbulkan pertanyaan tentang kebijakan satu anak dan praktik korupsi di negeri yang dikuasi Partai Komunis itu.

Kasus ini telah memicu 33500 komentar di situs 163.Com dan menjadi salah satu trending topik teratas hingga akhirnya diskusi tentang itu disensor.

"Mereka (pejabat China) menjual pabrik-pabrik, menjual tanah dan sekarang berganti menjual manusia," ujar salah satu pemberi tanggapan

BACA JUGA: Thailand-Kamboja Sepakat Bahas Konflik di Bilateral

Sedangkan komentar lain menyatakan, "para pejabat bahkan lebih jahat dari penjual manusia karena mereka menjual bayi-bayi dengan selubung aturan sebagai pegawai negeri."

Terdapat laporan panjang penuh emosional yang berisi video, foto-foto lama dan rekaman wawancara dengan keluarga-keluarga dari daerah miskin di Longhui yang dipaksa menyerahkan anaknya karena tak kuat membayar denda sebesar RMB 8 ribu atau sekitar Rp 10 juta


"Sebelum 1997, biasanya mereka (pemerintah) menghukum kami dengan menghancurkan rumah-rumah kami karena melanggar aturan satu anak," ujar penduduk desa bernama Yuan Chaoren

BACA JUGA: Waspadai Gempa, Tutup Sementara PLTN Hamaoka



"Namun setelah tahun 2000, mereka mulai menyita anak-anak kami," imbuh perempuan bernama Yang Libing, yang anak perempuannya berumur enam bulan diambil paksa pejabat pemerintah pada Januari 2005.

Parahnya, anak perempuan itu adalah satu-satunya anak Yang Libing"Mereka salah mengambil putri saya karena menduganya ilgal ketika saya dan istri bekerja di Shenzen," ujar suami Yang Libing yang terpaksa bekerja di kota demi membiayai hidup anak mereka satu-satunya

Untuk menghindari penyitaan, anak-anak yang disangka ilegal sempat disembunyikan di kandang babiNamun tetap saja pejabat lokal mengambilnya dengan tuduhan anak ilegal

Kesokan harinya, keluarga yang anaknya disita berupaya "membeli" dengan membayar RMB 6 ribuNamun anak-anak yang disita telah dikirim ke panti kesejahteraan sosial, di mana para pejabatnya telah mengantongi RMB 1000 dengan alasan untuk biaya proses adopsi.

Caixin Century menyebut adopsi ilegal yang memuncak pada 2005 itu berlanjut hingga dekade iniBanyaknya cerita penyalahgunaan program KB oleh pejabat China juga memicu pertanyaan seputar kebijakan "satu keluarga satu anak" yang diberlakukan sejak tahun 1980-an dalam rangka memperlambat laju pertumbuhan penduduk di negeri berpopulasi 1,3 miliar jiwa itu

Perdebatan seputar kebijakan "satu keluarga satu anak" menajam di China seiring sensus pada 2010 lalu, yang menunjukkan bahwa tingkat keseuburan wanitanya menurun dari 2,1 menjadi 1,4

Para ahli demografi memperingatkan China bahwa penuaan populasi bakal memperlambat pertumbuhan ekonomi, memicu kenaikan upah pekerja dan inflasi, serta menimpakan beban kepada pekerja muda untuk mendukung orang tua di usia lanjut.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Demo Blokir Kantor Pemerintah, Aparat Tembaki Membabi Buta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler