Bamsoet Apresiasi Universitas Trilogi Angkat Tema Pancasila dan Kebhinekaan

Senin, 06 September 2021 – 12:43 WIB
Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet. Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR Bambang Soesatyo mengapresiasi berbagai prestasi yang dicapai Universitas Trilogi Jakarta.

"Saya yakin Universitas Trilogi mampu mewujudkan visi kampus menjadi universitas yang inovatif dengan mengembangkan technopreneur, kolaborasi dan kemandirian dalam sistem ekonomi berdasar nilai-nilai Pancasila," kata Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo.

BACA JUGA: Bamsoet Jawab Hoaks Amendemen UUD 1945 Lewat Buku Negara Butuh Haluan

Bamsoet menyampaikan itu dalam kuliah umum yang merupakan rangkaian penerimaan mahasiswa baru Tahun Akademik 2021-2022 Universitas Trilogi secara virtual di Jakarta, Senin (6/9).

Pencapaian prestasi Universitas Trilogi, yaitu meraih peringkat ke-30 dari 309 perguruan tinggi swasta terbaik se-DKI Jakarta.

BACA JUGA: Di Depan Generasi Milineal, Bamsoet Jelaskan Perbedaan Pemimpin Adil dan Zalim

Universitas Trilogi juga meraih penghargaan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL DIKTI) wilayah III sebagai perguruan tinggi terbaik ke-2 di Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan persentase jumlah dosen yang memiliki jabatan fungsional akademik dan sertifikasi dosen terbanyak.

Berdasarkan kinerja riset, Universitas Trilogi juga berhasil meningkatkan status menjadi klaster 'utama'.

BACA JUGA: Pesan Bamsoet di Webinar Unpad: Pemanfaatan Teknologi Sebuah Keniscayaan

"Technopreneurship, kolaborasi, dan kemandirian adalah tiga pilar fundamental mewujudkan kampus yang berkualitas, maju, dan berdaya saing," ujar Bamsoet.

Hadir dalam kuliah umum tersebut, seperti Ketua Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ) Aris Setyanto Nugroho, Sekretaris YPPIJ Indra Kartasasmita, Bendahara YPPIJ Wisnu Suhardono, Rektor Universitas Trilogi Mudrajad Kuncoro, dan Wakil Rektor Universitas Trilogi Kabul Wahyu Utomo.

Bamsoet juga mengapresiasi langkah Universitas Trilogi mengangkat tema Pancasila dan kebhinekaan dalam penerimaan mahasiswa baru.

Upaya tersebut wujud kepedulian kampus membangun wawasan kebangsaan di lingkungan pendidikan tinggi.

Dia menegaskan, membangun generasi Pancasilais dan menggugah kesadaran kebhinekaan merupakan dua kata kunci.

Keduanya menjadi isu yang sangat esensial bagi generasi muda bangsa, khususnya para mahasiswa, karena di pundak mereka masa depan bangsa dipertaruhkan.

"Membangun generasi Pancasilais bukanlah pekerjaan instan. Seiring perjalanan kehidupan kebangsaan kita, Pancasila telah diuji dan ditempa oleh paradigma dinamika peradaban," kata Bamsoet lagi.

Cara merawat dan mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila agar menjadi jati diri dan jiwa bangsa, kata Bamsoet, menuntut penyesuaian cara pandang dan pendekatan.

"Sehingga mampu berkontestasi dengan nilai-nilai dan faham-faham kontemporer yang hadir melalui gelombang modernitas zaman dan arus globalisasi," jelasnya.

Bamsoet menerangkan, derasnya arus globalisasi telah menepiskan batas-batas teritorial. Membawa nilai-nilai asing tanpa filtrasi, perlahan namun pasti, mulai menggeser nilai-nilai kearifan lokal, bahkan cenderung mengabaikan nilai-nilai luhur Pancasila.

"Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat dalam kurun waktu 13 tahun, masyarakat yang pro terhadap Pancasila telah mengalami penurunan sekitar 10 persen, dari 85,2 persen pada 2005 menjadi 75,3 persen di 2018," sebutnya.

Lebih lanjut Bamsoet juga mengemukakan, Center for Strategic and International Studi (CSIS) mencatat sekitar 10 persen generasi milenial setuju mengganti Pancasila dengan ideologi yang lain.

Survei Komunitas Pancasila Muda yang dilakukan pada akhir Mei 2020 mencatat hanya 61 persen responden yang merasa yakin dan setuju bahwa nilai-nilai Pancasila sangat penting dan relevan dengan kehidupan mereka.

"Sementara 19,5 persen di antaranya menganggap Pancasila hanya sekedar istilah yang tidak dipahami maknanya," terang Bamsoet.

Bamsoet menambahkan, gambaran di atas mengisyaratkan bahwa membangun generasi Pancasilais membutuhkan upaya yang serius.

Menurutnya, perguruan tinggi mempunyai peran strategis sekaligus krusial membentuk generasi muda bangsa yang tidak hanya kompeten dan terampil secara akademis.

Perguruan Tinggi juga membentuk generasi muda yang mempunyai mempunyai karakter kuat, berjiwa Pancasila dan berhati Indonesia.

"Setiap kita juga harus menyadari bahwa bangsa Indonesia terlahir dalam keberagaman, baik dari aspek identitas budaya, agama, suku, golongan, maupun latar belakang dan pandangan politik. Heterogenitas telah menjadi fakta sejarah yang tidak bisa kita pungkiri, namun juga tidak bisa kita abaikan," paparnya.

"Karenanya merawat dan memperjuangkan kebhinekaan dalam keberagaman, adalah sebuah keniscayaan, sekaligus sebuah tantangan," tegas Bamsoet.

Dia menekankan tantangan mengelola kemajemukan bukanlah hal mudah.

Di era modern sekalipun, di sebuah negara yang maju seperti Amerika, persoalan rasisme masih menjadi noda dalam kehidupan demokrasi.

Hadirnya black lives matter kembali menyeruak pascaaksi kekerasan oknum aparat yang menyebabkan tewasnya George Floyd, pria kulit hitam.

Sikap rasis terlanjur menyebar luas, bahkan kepada oknum aparat yang seharusnya menjadi pembela dan pelindung nilai-nilai demokrasi.

"Kejadian tersebut menjadi pembelajaran, bahwa merawat kebhinekaan, khususnya dalam masyarakat dengan tingkat heterogenitas tinggi seperti Indonesia, adalah sebuah proses yang tidak boleh berhenti pada satu titik," tegas Bamsoet lagi.

Bamsoet menegaskan, merawat kebhinekaan harus menjadi upaya berkesinambungan dan dibangun komitmen bersama sekaligus menjadi kerja bersama seluruh elemen bangsa. (mar1/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bamsoet Desak Pemerintah Berantas Pinjol Ilegal


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Tim Redaksi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler