Bingung Bisa Terima Banyak SMS

Minggu, 27 Juli 2008 – 07:44 WIB
KOLABORASI: Aris dan Gisel menyanyikan lagu Sempurna milik Andra and The Backbone saat berkunjung ke Graha Pena Jakarta. Foto: Agus Wahyudi/Jawa Pos

Ada beberapa kisah di balik perjuangan Gisella Anastasia, 18, dan Januarisman Runtuwene, 21, menuju final Indonesian Idol 2008Keduanya sama-sama mengalami masa pahit menghadapi hidup dan lingkungan.

GISEL -sapaan akrab Gisella– tidak pernah menyangka bisa lolos ke babak final

BACA JUGA: Traveling Enam Bulan Hanya Berbekal Uang Rp 9 Juta

Setahu dia, seorang kontestan bisa terus bertahan karena banyaknya dukungan berupa short message service (SMS)
Banyaknya SMS itu pun tidak bisa diharapkan sepenuhnya dari masyarakat luas

BACA JUGA: Serahkan Pendapatan Royalti Buku ke Wati


  Setahu Gisel, sumber SMS itu dari keluarga para kontestan
Ada yang memborong pulsa, dibagikan kepada kerabat, lalu kompak ber-SMS bersama mendukung jagoannya.
  Tapi, kata Gisel, keluarganya tidak bisa seperti itu

BACA JUGA: Unjuk Rasa Itu Biasa

Gadis kelahiran Surabaya, 16 November 1990, itu mengaku berasal dari keluarga sederhana’’Aku nggak ngerti selama ini aku dapat SMS dari mana saja,’’ ucapnya saat berkunjung ke Graha Pena Jawa Pos, Jakarta, Rabu (23/7).
  Banyak orang mengira Gisel adalah anak orang kayaKetika banyak orang mengira ayahnya belanja pulsa untuk ’’ngebom’’ SMS, perempuan berkulit putih itu kesal’’Orang mikirnya aku orang kaya yang monopoli SMSPadahal, nggak sama sekaliAku gemes ajaPenampilan aku dari sananya memang beginiOrang-orang berpikir aku keturunan TionghoaTapi, kan nggak semua (orang Tionghoa itu kaya),’’ jelasnya.
  Gisel mengatakan, ayahnya, Alal Suryanto, bekerja wiraswasta menjadi tukang service ACMenurut dia, pekerjaan itu pun tidak setiap hari ada, bergantung ada klien atau tidakSementara ibunya, Rita Ningsih Marbun, ibu rumah tangga biasa’’Dulu sih sempat buka laundry kiloan,’’ ujarnya.
  Gisel sebenarnya maklum jika kebanyakan orang menganggap dirinya anak orang kayaDia telanjur sekolah di salah satu sekolah berbiaya tinggi di SurabayaBahkan, sejak TK”Sebab dari dulu dianjurkan saudara-saudaraTapi, dapat keringanan terusSetiap tahun datang ke sekolah bawa surat keterangan nggak mampu dari RW, surat keterangan dari gereja, terus ditinjau dulu ke rumah apakah benar nggak mampu,’’ kata Gisel, yang tinggal bersama keluarganya mengontrak di rumah kecil kawasan Wisma Tengger, Surabaya.
  Jika berangkat sekolah, siswi kelas 2 SMA Kristen Petra 1 Surabaya itu diantar ibunya menaiki sepeda motor jenis bebekTurun di depan gerbang paling luar sekolah, lalu buru-buru berjalan masukMenurut Gisel, selama ini teman-temannya tidak ada yang tahu dengan kondisi asli keluarganya’’Bukannya menutupi, cuma nggak pengin buka-buka sajaAgak gengsi aja kalau di sekolah,’’ akunya.
  Lalu, mengapa tidak mau diantar sekolah papa? ’’Kalau papa yang nganter, nggak mau karena maluKecuali kalau les (vokal), papa yang antar naik Vespa,’’ jawab anak tunggal itu
  Gisel mengakui, dirinya memang jaga gengsiMenurut dia, biar miskin asal kerenJadilah, dia seperti sekarangDandanan modis, punya ponsel bagus, dan pergaulan dengan anak orang kaya’’Potongan rambut aku ini Rp 15 ribu lho, nggak keliatan kan?’’ sahutnya, sambil menunjuk ke arah rambutnya yang dicat cokelat.
  Sedangkan Januarisman alias Aris mengaku dari jalananSemua orang kini sudah tahu, dia menjadi pengamen di kereta jurusan Kota–Bekasi karena impitan ekonomiAwalnya Aris berbohong kepada kedua orang tuanya, Sllop Runtuwene dan Siti Rohaya tentang pekerjaannya ituSebab, orang tuanya tidak setujuTapi, Aris sering pulang sambil membawa uang Rp 15 ribu untuk orang tuanya’’Sebelumnya sih saya bilang saja uang hasil mungutin bola (anak gawang)Tapi, lama-lama mereka nggak percaya,’’ kisah pria kelahiran Jakarta, 25 Januari 1987, itu.
  Ketika itu, rata-rata penghasilan Aris mengamen di kereta api Rp 20 ribu per hariAris kemudian mengambil Rp 5 ribu untuk merokok dan makan, sisanya diberikan kepada orang tua’’Saya memang pengin banget membahagiakan orang tuaSebab, kan keluarga saya nggak mampu,’’ akunya.
  Aris adalah anak ketiga dari empat bersaudaraAyahnya, Sllop, bekerja di sebuah gerejaSedangkan Siti bekerja sebagai penjahit dan guru mengaji anak-anak di lingkungan sekitar rumahnya, Cakung, Jakarta Timur.
  Pria belia itu putus sekolah kelas 2 SMP karena kesulitan biayaDitambah aktivitas mengamen menyebabkan sering bolos sekolah’’Tapi, puas banget bisa menjadi pengamenBergaul dengan teman-teman di jalan buat saya itu lebih enakDapat pengalaman itu bukan dari orang besar, tapi dari orang-orang yang hidup seperti ituKarena, buat saya mereka jujur dan solid,’’ ungkapnya.
  Menurut Aris, teman-temannya di jalan sampai saat ini tetap kompakBahkan, kata dia, ada yang sengaja membeli pulsa semampu mungkin untuk SMS ke Indonesian Idol mendukung temannya sesama musisi jalanan’’Untuk mereka, gue mau bangun studioDan mau bikin rumah singgah untuk ngumpul-ngumpul lagi sama gue,’’ ujarnya(sugeng sulaksono/nda)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jadwal Ketat, Tidur dengan Make-Up Lengkap Sudah Biasa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler