Jadi Tamu Kehormatan, Naik Kiai Garuda Putra

Rabu, 30 Juli 2008 – 07:52 WIB
Karina Soekarno bersama suami dan anak semata wayangnya. Foto: Radar Solo.

Berbeda dengan putri-putri Bung Karno yang lain, Karina Soekarno ingin fokus berkiprah di yayasan sosialTahun ini genap 10 tahun si anak bungsu itu memimpin Kartika Soekarno Foundation yang menyantuni anak-anak Indonesia di berbagai daerah.

LEO TEJA K., RIKA I., Solo

KIRAB kereta pusaka Kraton Kasunanan Surakarta kemarin berlangsung istimewa

BACA JUGA: Lepas Pekerjaan di Australia, Siap Gaji Turun Dratis

Sebab, inilah kali pertama kereta Kiai Garuda Putra –setelah satu abad pensiun– diparadekan kepada publik
Yang juga istimewa, raja Surakarta (Paku Buwono XIII) memberikan kehormatan kepada Kartika Sari Soekarno, putri Bung Karno yang berdarah Jepang, untuk menaikinya pada jumenengan atau peringatan penobatan raja.
Kehadiran Karina, panggilan akrab putri bungsu Bung Karno itu, benar-benar menarik perhatian

BACA JUGA: Bingung Bisa Terima Banyak SMS

Bukan hanya fotografer yang berebut membidikkan kamera
Para tamu undangan pun terlihat berbisik-bisik mengomentari kecantikan Karina yang kini tinggal di London, Inggris itu.
Acara yang dimulai sekitar pukul 10.00 itu berjalan cukup khidmat

BACA JUGA: Traveling Enam Bulan Hanya Berbekal Uang Rp 9 Juta

Selain naik kereta Kiai Garuda Putra, Karina adalah satu di antara lima warga luar kraton yang diundang khusus untuk menerima sertifikat gelar bangsawan dari Raja PB XIII HangabehiMulai kemarin dia berhak menyandang gelar Kanjeng Raden Ayu Adipati
Meski menghabiskan sebagian besar hidupnya di luar negeri, karisma Soekarno pada Karina masih kentalTampil dengan kebaya bordir kuning gading dan bawahan kain batik motif bunga, dia menjawab pertanyaan wartawan dengan ramah, cerdas, dan lugasHanya, dia selalu mengarahkan pembicaraan pada Kartika Soekarno Foundation, yayasan yang didirikan pada 1998, saat Indonesia diterpa krisis ekonomi.
Wanita kelahiran Tokyo, Jepang, 41 tahun lalu, itu menjadi kejaran wartawan sejak tiba di Solo, Senin siang (28/7)Baik ketika di Roemahku Bed and Breakfast, tempat dia beristirahat, maupun ketika di Kraton Kasunanan Surakarta untuk menerima gelar Kanjeng Raden Ayu Adipati.
Berbeda dengan beberapa anak Bung Karno yang terjun di dunia politik, Karina memilih tetap ingin membantu Indonesia lewat yayasan yang berkantor di London dan New York itu”Perhaps, sometimes, (saya) ingin juga tinggal di IndonesiaSometimes,” ujarnya lantas tersenyum ketika ditanya Radar Solo (Grup Jawa Pos) apakah tidak ingin menetap di tanah leluhurnya.
Namun, ketika pertanyaan mulai mengarah kepada politik, apalagi hal-hal pribadi, dengan diplomatis Kartika berusaha mengalihkan jawaban”(Kontribusi) saya (ke Indonesia) sekarang lewat foundation (yayasan),” katanya dengan ramah namun tegas.
Ketika ditanya apakah tidak tertarik untuk terjun ke politik seperti saudara-saudara tuanya, gadis yang masa kecilnya dihabiskan bersama sang ibu, Ratna Sari Dewi, di Paris, Prancis, menjadi kurang bergairah menjawab”Saya (memilih) kelola yayasan di sini, tidak tertarik (ke politik),” tegasnya dalam bahasa Indonesia yang cukup fasih ketika ditanya apakah bersedia mencalonkan diri menjadi presiden.
Karina datang ke Solo didampingi sang suami, Frits Frederick Seegers, eksekutif puncak (CEO) Barclays Bank, dan putra tunggalnya, Frederick Kiran Soekarno Seegers, yang masih berusia 2 tahun
Menurut Karina, keberadaannya di Solo hanyalah untuk tujuan sosial dan budaya, bukan untuk bicara masalah politikDia ingin menghormati kraton yang dianggapnya menjunjung tinggi tradisi adiluhung”Kita harus profesionalSaya di sini untuk hadiri undangan sinuwun (Paku Buwono XIII Hangabehi),” katanya.
Bekerja sama dengan lembaga di bawah PBB, hingga saat ini Kartika Soekarno Foundation mempunyai beberapa kegiatan di bidang pendidikan dan kesehatan di Gianyar (Bali), Kebumen (Jawa Tengah), Blitar (Jawa Timur), Solok (Sumatera Barat), dan Medan (Sumatera Utara).
Ghea Sukasah Panggabean, perancang busana yang mendampingi Kartika dan Frits Frederick Seegers yang menikah di Amsterdam, 2 Desember 2005, mengakui, Karina yang pernah menjadi wartawan di New York itu benar-benar menikmati selama di Kota Bengawan.
”Terakhir (Karina) datang ke sini waktu Gusti Moeng (Putri Paku Buwono XII GRAy Koes Moertiyah) menikah pada 1993Makanya, dia benar-benar ingin menikmati kehadirannya di sini,” jelas Ghea yang bersama keluarga tinggal di penginapan yang sama dengan Karina
Karina termasuk sering datang ke Indonesia, terutama untuk mengunjungi makam ayahnya di Blitar, Jawa TimurTerakhir, dia berziarah ke Blitar tiga bulan laluBahkan, di era Presiden Megawati dulu, putri proklamator itu selalu merayakan HUT Kemerdekaan RI di Indonesia.
”Jika berkunjung ke Indonesia, saya diminta mendampinginya,” kata Ghea sambil menambahkan, hubungannya dengan Karina sudah seperti ibu dan anakGhea juga yang mengenalkan Karina dengan lingkungan Kraton Kasunanan Surakarta
Keinginan Karina menikmati Solo juga terlihat dari pemilihan penginapanSebenarnya, Karina dan keluarga sudah disediai sebuah penthouse di Lor In, salah satu hotel bintang lima di SoloKamar itu biasa dipakai Tommy Soeharto, mantan pemilik hotel ituKarena ingin menikmati suasana Solo yang alami, tawaran itu pun ditolak
”Karena ingin yang natural, secara mendadak mereka datang ke siniSudah hampir siang mereka melobi untuk booking kamar, pukul dua siang mereka check in,” terang Tardi, staf Roemahku Bed and Breakfast.
Kedatangan Karina itu membuat manajemen kalang kabutSelain mendadak, tamu penting itu ingin menggunakan kamar yang telah dipesan tiga tamu lainAlasannya, rombongan Karina ingin posisi kamar-kamar yang dihuni para anggotanya berderetanSetelah berrembuk, manajemen pun mengabulkan permintaan itu, meski dengan konsekuensi mengecewakan pelanggan yang memesan lebih dulu
Tardi menolak jika kelonggaran itu diberikan lantaran Kartika putri seorang proklamatorBahkan, kata Tardi, saat dirinya melapor ke Nina Akbar Tandjung (istri Akbar Tandjung, pemilik Roemahku Bed and Breakfast) terkait masalah tersebut, Nina menyerahkan keputusan kepada manajemen
”Bu Nina ngendiko (bilang) terserah kami di siniYang tahu kondisi langsung di sini kan kami,” ungkapnya.
Selain suasana yang alami, Tardi menduga penginapan mereka yang lebih privat menjadi alasan lain mengapa Karina memilih tinggal di tempatnyaRoemahkoe memang terletak di pinggiran selatan SoloTerletak di Jalan Rajiman dan di kawasan kampung batik Laweyan, Roemahkoe memiliki pagar dan dua gerbang depan yang relatif tinggi
Setiap pukul 22.00 kedua gerbang ditutupTamu yang ingin keluar-masuk di atas jam tersebut dapat menghubungi petugas untuk membukakan gerbangUntuk rombongan tiga keluarga itu, keluarga Karina, keluarga Ghea, dan keluarga Prince Henry D' Arenberg dari Belgia (ikut hadir pada acara jumenengan), Roemahku menyediakan 10 kamar.
Kendati tamu mereka dari luar negeri, Tardi mengaku tidak memberikan menu makan khususSeperti tamu lain, pecel ndeso menjadi menu santapan makan siangUntuk sarapan pagi, Roemahkoe menyediakan menu utama nasi goreng
Khusus sarapan ini, ada tambahan menu western seperti scramble egg, roti dan aneka minuman jus(el)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Serahkan Pendapatan Royalti Buku ke Wati


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler