Menurut beberapa dokter paling senior di Australia, benua ini tengah mengembangkan budaya menyangkal kematian yang perlu diubah.
Sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh perguruan ‘Royal Australasian College of Physicians’ menemukan bahwa hanya 17% dari dokter yang percaya bahwa dokter selalu menyadari preferensi terkait kematian dari pasien mereka.
BACA JUGA: Pengemudi Asing di Selandia Baru Diusulkan Pakai Plat Mobil Khusus
Kurangnya diskusi tentang hal-hal seperti itu adalah salah satu dari sejumlah masalah yang dibahas oleh sekitar 1.000 dokter di kongres tahunan mereka di Adelaide.
"Kita semua akan mati dan masih ada periode di mana kita tak bisa benar-benar memperpanjang hidup lagi," ujar Presiden ‘outcoming’ di ‘Royal Australasian College of Physicians’, Profesor Nick Talley.
BACA JUGA: Politisi Australia Telah Lewati Pekan Pertama Kampanye Jelang Pemilu 2016
"Ada sedikit budaya menantang maut, satu hampir bisa percaya, beberapa orang bahkan percaya bahwa mereka tak akan mati," ungkapnya.
Sementara Presiden ‘incoming’ di perguruan tersebut, yakni Catherine Yelland, bersikeras berpendapat bahwa ada banyak manfaat dari perencanaan perawatan di penghujung usia.
BACA JUGA: Ilmuwan Australia Ciptakan Mikroskop Pemindai Helium Pertama di Dunia
"Ini berarti bahwa kami bisa mencoba untuk memenuhi keinginan pasien sebanyak mungkin, bahwa kami benar-benar mengerti apa yang mereka inginkan, bagaimana mereka ingin mati, di mana mereka ingin mati," jelasnya.
Catherine menerangkan, "Ini juga berarti bahwa keluarga mereka menyadari bahwa ini akan terjadi dan bisa mempersiapkan untuk hal itu, dan juga bisa menghargai keinginan seseorang atas metode pengobatan mereka dan bagaimana sebaik apa keluarga bisa membantu dengan hal itu."
‘Royal Australasian College of Physicians’ telah membuat 28 rekomendasi atas topik tersebut, termasuk meningkatkan kemampuan komunikasi bagi para dokter.
Dr Catherine menjelaskan bahwa sebagian besar tanggung jawab menjadi beban para dokter untuk mencoba memulai percakapan.
"[Ada] banyak orang yang terlibat dalam sektor perawatan kesehatan dan seseorang benar-benar perlu untuk mengkoordinasikan itu sehingga percakapan mengenai hal tersebut terjadi, bahwa kita semua tak berpikir orang lain telah melakukannya," utaranya.
Kebijakan suntik mati sukarela
‘Royal Australasian College of Physicians’ telah membentuk kelompok kerja untuk menyelidiki wacana tentang apakah euthanasia (suntik mati) bisa menjadi pilihan bagi pasien dengan penyakit parah.
"Bahkan di mana euthanasia adalah legal dan tersedia di negara lain, atau bunuh diri yang dibantu dokter, kebanyakan pasien di akhir hidupnya tak memilih opsi itu," kata Profesor Nick.
"Hal yang benar-benar penting bagi kami untuk memiliki pusat perawatan akhir usia, itu penting, bagian yang penting, dan itu akan mempengaruhi sebagian besar pasien,” tuturnya.
"Ada berbagai pandangan atas seluruh spektrum di sini di antara rekan-rekan kami," tambahnya.
Kampus ini akan merilis sebuah makalah diskusi dan rekomendasi tentang euthanasia, tetapi belum bisa memberi kerangka waktu pada kapan karya itu akan diterbitkan.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Universitas Monash di Melbourne Bantu Jakarta dalam Proyek MRT