Barcelona Punya Kandidat Toko Sepeda Terbaik di Dunia

Hanya 15 Menit dari Kota, 20 Menit Menuju Pegunungan

Minggu, 11 Januari 2015 – 07:13 WIB
VISI CYCLIST SEJATI: Jawa Pos bersama Javier Maya (kiri), pemilik Pave. Foto: Tatang Marthadinata for Jawa Pos

jpnn.com - Booming-nya cycling melahirkan konsep-konsep baru toko sepeda di berbagai negara. Salah satu kandidat terbaik di dunia ada di Barcelona, Spanyol. Namanya Pave Culture Cycliste. Suasananya bisa bikin penggemar sepeda merinding…

Laporan AZRUL ANANDA, Barcelona

BACA JUGA: Buat Standar Kesehatan Pilot Layak Terbang

BEBERAPA tahun serius jadi cyclist dan mengunjungi toko-toko sepeda di berbagai negara, ada beberapa tempat yang benar-benar bikin saya kagum.

Mellow Johnny’s, toko milik Lance Armstrong di Austin, Texas, adalah salah satunya. Velo Cult, toko sepeda/bar/venue pesta/bioskop sepeda di Portland, Oregon, juga bikin geleng-geleng kepala.

BACA JUGA: Ada Kasus Khusus Dibahas Bareng di Grup BBM atau WhatsApp

Sekarang giliran Pave Culture Cycliste, alias Pave, yang membuat saya terus senyum tanpa henti. Toko sepeda di kawasan Barcelona, Spanyol, itu benar-benar dibuat berkesan dari pintu masuk sampai toiletnya!

Dahsyat bukan hanya dari ukurannya yang 700 meter persegi. Hebat bukan hanya dari kelengkapan fasilitas. Pave punya kafe yang menyuguhkan kopi terbaik, bengkel dan fasilitas cuci sepeda yang mewah, ruang fitting sepeda berteknologi termutakhir, dan beberapa ruang shower untuk cyclist yang mampir seusai latihan.

BACA JUGA: Ketika Tujuh Anggota Keluarga Jadi Korban AirAsia QZ8501

Maut bukan hanya dari pilihan barang dan servis yang ditawarkan. Hanya merek-merek terbaik yang ditawarkan di Pave. Apakah itu sepeda, komponen, maupun pakaian dan aksesorinya. Semua harus top level.

Lebih dari semua itu, Pave benar-benar punya ”nyawa”, curahan hati pendiri dan pemiliknya: Javier Maya.

Pria kelahiran 1978 tersebut dahulu bekerja di bidang logistik. ”Tapi, saya tidak happy. Saya merasa hidup saya harus berubah,” tuturnya.

Sekitar empat tahun lalu dia pun mendirikan Pave. Segala passion-nya tentang cycling dicurahkan di toko tersebut. Perasaannya itu pun tergambarkan di tas belanja Pave yang bertulisan: ”Love what you do and do what you love” (Cintailah pekerjaanmu dan lakukan apa yang kamu cintai).

Tapi, toko sepeda itu tidak boleh seperti toko sepeda kebanyakan. Yang biasanya agak sempit dan penuh dengan barang-barang. Maya –dibantu arsitek Joan Sandoval– membuat toko yang benar-benar memberikan pengalaman yang istimewa bagi pengunjung.

***

Javier (baca: Havier) Maya kini mengoperasikan Pave bersama partnernya, Gala Balsells, lalu seorang mekanik plus anjing bulldog-nya, Noab. Maya mungkin yang punya visi, tapi Balsells sambil bercanda mengatakan bahwa dialah bos Pave. ”Javier orangnya berantakan, ha ha ha…” celetuk Balsells.

”Dan, bos yang sebenarnya adalah Noab,” tambah Balsells, lantas tertawa.

Mencapai Pave sebenarnya gampang-gampang susah. Letaknya tidaklah di Kota Barcelona. Melainkan ke pinggir, di kawasan El Prat de Llobregat dekat airport. Walau tidak di kota, Pave relatif mudah dicapai. Naik mobil hanya sekitar 10–15 menit dari kota. Kalau dari bandara hanya sekitar 5–10 menit.

Mengapa namanya ”Pave”? Di pintu masuk, langsung ada jawabannya. Lantai terdepan toko terbuat dari tatanan batu ala jalan Eropa lama (pave, baca; Pa-ve). Di arena cycling, jalanan pave mewarnai salah satu lomba paling legendaris, yang juga disebut-sebut sebagai lomba terberat di dunia: Paris–Roubaix.

Walau luasnya 700 meter persegi, Pave tidaklah dipenuhi dengan barang-barang seperti kebanyakan toko sepeda. Malah berlawanan. Barang-barangnya terkesan sedikit, memberikan banyak ”ruang bernapas”.

Merek-merek paling top dunia ditata di bagian/dinding terpisah. POC asal Swedia di satu sisi, Le Coq Sportif asal Prancis di sebelahnya. Oakley punya dinding sendiri. Assos (Swiss) punya bagian sendiri. Rapha (Inggris) punya ruang sendiri pula bersebelahan dengan meja-meja kafe.

Bagian favorit Javier Maya adalah dinding yang men-display baju-baju retro berbahan wol merek De Marchi. Di depannya ada tong, dengan botol-botol wine tertata rapi di atasnya. Di depannya juga ada meja barbershop, lengkap dengan cermin yang menempel di sebuah pilar.

Buat cukur beneran? ”Tidak juga,” ujar Balsells. ”Kami hanya menggunakannya sekali, untuk sebuah event yang mewajibkan peserta harus berkumis. Setelah event berakhir, semua mencukur kumisnya di situ,” ceritanya.

Selain merek-merek top itu, tentu saja ada barang berlogo ”Pave” sendiri. Tapi, masih buatan merek papan atas, Sportful.

Di bagian utama, sepeda-sepeda balap terpajang ala galeri seni. Setiap sepeda di ”kotak” sendiri yang backlit. Merek-merek yang terpajang, antara lain, Passoni, Focus, Bianchi, Ritte, BMC, Parlee, dan Time. Semua merek papan atas.

Beberapa merek lain disebut akan ditampilkan dalam waktu dekat. ”Tommasini dan Cervelo,” sebut Maya, yang secara pribadi mengaku Time adalah merek sepeda favoritnya.

Helm-helm dipajang rapi, ditemani sederetan maneki-neko (lucky cat, kucing pembawa keberuntungan). Deretan itu berwarna ungu, warna corporate Pave.

Sepatu-sepatu sepeda juga ditata dengan cara yang sama.

Di area tengah, di sekitar kasir, ada pula kawasan ”nonton bareng”. Sebuah televisi layar lebar menempel dikelilingi tempat duduk. Di situlah penggemar bisa nobar Tour de France, Giro d’Italia, Vuelta a Espana, atau lomba-lomba kelas dunia yang lain.

Agak ke belakang, ada kawasan bengkel. Di depannya ada ruang cuci sepeda yang sangat rapi dan bersih. Di sebelahnya, toilet. Ya, di Pave, sepeda dan orang bisa bersih-bersih bersebalahan.

Ruang paling belakang adalah kawasan MTB alias sepeda gunung. Serta, rak-rak ban serta aksesori lain.

Agak tersembunyi, dan terletak di depan, adalah kawasan shower. Benar-benar bersih dan rapi. Ada kotak-kotak loker tempat menaruh barang, lalu ada beberapa ruang mandi yang mewah.

Nah, di atasnya adalah ruang bike fitting. Bagi cyclist yang ingin mendapatkan posisi duduk bersepeda paling optimal, Pave memakai teknologi motion capture asal Amerika, Retul. Ada pula sepeda simulasi ukuran buatan Calfee.

Lebih dari sekadar toko sepeda, Maya mengaku ruang-ruang terbuka yang luas itu bisa digunakan untuk fungsi lain. Misalnya, makan malam bersama klub sepedanya yang eksklusif (saat ini beranggota 47 orang).

***

Toko sepeda begini mewah tentu mendatangkan tamu atau klien yang istimewa pula. Secara lokasi, Pave termasuk menguntungkan. Menurut Gala Balsells, kalau di tengah Barcelona, tokonya justru kurang pas.

Pertama, tentu alasan ekonomi. Keunggulan pertama Pave: Bangunan luas itu adalah milik sendiri. ”Kalau di tengah Barcelona, menyewa ruang seluas ini sangatlah mahal. Bisa sampai 100 ribu euro (sekitar Rp 1,6 miliar) per bulan!” ungkapnya.

Walau di pinggir, lokasinya bisa dicapai dengan mudah dari Barcelona dan sangat dekat dengan airport. Lebih penting lagi, lokasinya dekat dengan kawasan-kawasan bersepeda utama di sekitar Barcelona. ”Dari sini, bersepeda sekitar 20 menit sudah naik pegunungan,” jelas Javier Maya.

Karena itulah, Pave punya fasilitas servis dan shower karena banyak orang bersepeda di sekitar sana. Yang juga menguntungkan, Barcelona tidak jauh dari Girona, kota tempat tinggal banyak sekali bintang-bintang balap sepeda dunia.

Hanya sekitar 100 km dari Barcelona, Girona sudah kondang sejak lama. Para pembalap kelas WorldTour (tertinggi dunia), khususnya yang asal Amerika atau negara Eropa lain lebih ke utara, memilih tinggal di Girona.

Cuacanya bagus, bisa untuk latihan sepanjang tahun. Beda dengan di Inggris atau negara lain di utara, yang menyulitkan untuk latihan ketika musim dingin.

Tak heran, banyak pembalap kelas WorldTour (level tertinggi dunia) mampir ke Pave.

Ketika penulis berkunjung ke sana, Javier Maya tampak sedang sibuk berdiskusi dengan seseorang. Ternyata, seseorang itu adalah Christian Meier, pembalap WorldTour asal Kanada, yang tergabung di tim Orica-GreenEDGE asal Australia.

Meier termasuk yang tinggal di Girona. ”Dia ke sini minta masukan soal mendirikan kafe sepeda di Girona,” kata Maya.

Barisan pembalap WorldTour lain yang pernah mampir? Maya menyebut, antara lain, Joaquim ”Purito” Rodriguez, salah seorang pembalap terbaik dunia asal Spanyol. Juga, mantan pembalap Team Sky, Juan Antonio Flecha. ”Dia (Flecha, Red) sekarang sudah tidak di WorldTour. Tapi, dia sebenarnya teman dekat saya,” ucapnya.

Tentu saja, seiring dengan semakin terkenalnya Pave, tamu-tamu tidak harus datang dari kawasan terdekat. Banyak sekali pengunjung yang datang dari penjuru lain dunia. Semua mendengar atau membaca soal Pave, penasaran, dan menyempatkan diri mampir saat berkunjung di Barcelona.

Kalau mereka benar-benar penggemar cycling, Pave tidak akan mengecewakan. Foto-foto toko ini sudah membuat kagum. Tapi, ketika mereka datang sendiri, foto-foto itu masih kalah jauh dengan kondisi aslinya.

Foto boleh berbicara seribu bahasa. Tapi, foto tidak akan bisa membuat badan merinding…. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sungkan Mau Merokok, Lebih Banyak Ngobrol dan Minum Kopi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler